Jakarta (ANTARA) - China ingin mengembangkan kerja sama dengan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan merambah sektor-sektor non-tradisional seperti ekonomi digital dan e-commerce.

"Kita harus mencari kekuatan baru, highlight baru dalam kerja sama," kata Duta Besar China untuk ASEAN Huang Xilian usai acara simposium Jakarta Forum bertajuk 'Perkembangan China dan Masa Depan China dan ASEAN dan China Bersama' yang digelar di gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan pengembangan kerja sama itu dapat memberikan kontribusi baik kepada pertumbuhan yang berkelanjutan di China serta negara-negara anggota ASEAN.

Baca juga: Dubes Huang harapkan misi kebudayaan China tingkatkan pemahaman budaya

"Kita harus memperkuat kerja sama di area non-tradisional seperti e-commerce​​​​​​​, ekonomi digital, kota pintar  (smart city), inovasi, dan lain sebagainya," jelasnya.

Menurut dia, ASEAN telah menjadi arah kerja sama internasional yang diprioritaskan oleh China, dan pengembangan ke sektor-sektor di luar ekonomi dan perdagangan serta politik dan keamanan sejalan dengan penguatan hubungan antara negara dan kawasan itu.

"Kini saatnya China memperkuat hubungan internasional, terutama dengan negara-negara anggota ASEAN yang merupakan tetangga kami," katanya.

Baca juga: Dubes: China dan ASEAN mitra pengembangan peradaban

Sementara itu, bagi Indonesia khususnya, pendiri organisasi Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, yang turut hadir dan mengisi simposium itu, menganggap sektor yang paling perlu digarap dalam hubungan bilateral antara kedua negara adalah bidang teknologi.

"Karena China akan menjadi terdepan dalam teknologi dunia dan akan jadi bangsa inovasi," katanya.

Selain itu, energi terbarukan serta pengembangan kota pintar (smart city) juga menjadi sektor yang dia anggap perlu dijajaki lebih lanjut.

Karena banyaknya sektor kerja sama yang dapat diperluas antara Indonesia dan China, serta pesatnya perkembangan China sebagai negara adidaya, Dino pun menyakini Indonesia perlu lebih banyak memiliki synologist​​​​​​​ atau orang-orang yang ahli dalam studi China, baik di tubuh pemerintahan, maupun kampus dan organisasi think tank.

Baca juga: ASEAN-China segera masuki pembahasan konten CoC Laut China Selatan

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019