Singapura (ANTARA) - Kepercayaan investor yang rapuh mendukung dolar AS dan melemahkan yen pada perdagangan Rabu pagi, tetapi pasar mata uang mempertahankan kisaran ketat menjelang serangkaian pertemuan bank-bank sentral besar selama minggu depan.

Fokus investor untuk saat ini berpusat pada pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (12/9/2019), yang diperkirakan akan mendorong suku bunga lebih jauh ke wilayah negatif.

ECB dapat mengatur nada untuk keputusan penetapan suku bunga yang akan datang oleh Federal Reserve AS dan Bank Sentral Jepang (BOJ) minggu depan, dan untuk selera risiko global yang lebih luas.

Baca juga: Dolar stabil terhadap euro sebelum pertemuan bank sentral Eropa

Untuk saat ini, sikap risk-on (pengambilan risiko) yang hati-hati telah berlaku setelah krisis politik yang membuat pasar terpuruk, dari Inggris hingga Hong Kong, mereda, menghilangkan aset-aset safe haven.

Obligasi turun semalam dan yen mencapai 107,65 per dolar AS, terendah sejak 1 Agustus.

Namun, tanda-tanda perlambatan permintaan global yang telah mengimbangi perkembangan positif baru-baru ini dalam negosiasi perdagangan AS-China menahan pembelian.

Baca juga: Euro menguat terhadap dolar, di tengah harapan stimulus fiskal Jerman

Euro, yang telah merosot tiga persen sejak Juni, datar di 1,1047 dolar AS. Dolar AS datar terhadap dolar Australia pada 0,6860 dolar AS serta stabil pada yen dan dolar Selandia Baru.

"Diperkirakan perdagangan yang tenang, dengan beberapa dukungan risiko, karena rotasi siklus yang lebih luas berlanjut," analis Australia and New Zealand (ANZ) Banking Group mengatakan dalam sebuah catatan.

"Spekulasi tentang apakah ECB akan memberlakukan program QE baru pada Kamis terus surut dan mengalir."

Pembuat kebijakan ECB condong ke arah paket yang mencakup penurunan suku bunga, janji untuk mempertahankan suku bunga rendah lebih lama dan kompensasi untuk bank atas efek samping dari suku bunga negatif, lima sumber yang akrab dengan diskusi mengatakan pekan lalu.

Di sisi lain, kekhawatiran telah meningkat bahwa bank-bank sentral global mencapai batas opsi stimulus mereka, terutama yang memiliki tingkat suku bunga negatif dan imbal hasil obligasi negara jangka panjang di bawah nol.

"Mengingat kemungkinan bahwa ECB gagal memenuhi ekspektasi pasar untuk pelonggaran kebijakan, keseimbangan risiko berpihak pada euro/dolar AS dan kinerja valas Eropa yang lebih tinggi," kata ahli strategi valas ING dalam catatan semalam.

Banyaknya sentimen positif dalam beberapa hari terakhir telah didorong oleh optimisme bahwa pertemuan tingkat tinggi AS dan negosiator China di Washington bulan depan dapat memberikan semacam pemutus arus perang perdagangan.

Itu agak dirusak oleh penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro pada Selasa (10/9/2019), ketika ia mendesak kesabaran tentang menyelesaikan sengketa perdagangan dua tahun antara dua ekonomi terbesar di dunia dan mengatakan untuk "membiarkan prosesnya berjalan seperti semula."

Tetapi prospek terobosan memicu selera terhadap mata uang Asia seperti won Korea Selatan yang terpapar perdagangan, yang melayang lebih tinggi dalam jam perdagangan Asia dan menjadi sekitar 1.189,50 per dolar AS, mendekati level tertinggi sejak 2 Agustus.

Yen, yang sudah di bawah tekanan karena investor menolak safe haven, selanjutnya dijual semalam setelah Reuters melaporkan pembuat kebijakan BOJ lebih terbuka untuk membahas kemungkinan memperluas stimulus pada pertemuan dewan mereka pada 18-19 September.

Sementara pound Inggris telah bertahan pada kenaikan pekan lalu setelah parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang memaksa Perdana Menteri Boris Johnson untuk mencari penundaan meninggalkan Uni Eropa 31 Oktober. Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2353 dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019