Selama ini di industri tekstil harus melakukan peningkatan dan pembaruan teknologi setiap tahunnya
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyarankan agar pemerintah menambah jumlah sekolah dan lembaga pendidikan untuk mencetak sumber daya manusia di sektor industri tekstil dalam rangka mencapai tujuan Making Indonesia 4.0.

"Selama ini di industri tekstil harus melakukan peningkatan dan pembaruan (upgrade) teknologi setiap tahunnya, kalau tidak dilakukan akan ketinggalan. Namun setelah melakukan pembaruan tersebut apakah sumber daya manusianya telah tersedia?," ujar Sekretaris Jenderal API Ernovian G Ismy di Jakarta, Rabu.

Dia juga menjelaskan bahwa kurangnya sumber daya manusia dalam sektor industri tekstil ini disebabkan kurangnya jumlah sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencetak sumber daya manusia di industri tekstil. Maka dari itu harus sekolah dan lembaga pendidikan untuk industri tekstil harus ditambah.

Baca juga: API: Perluasan posisi TKA perlu diikuti alih pengetahuan

API sendiri sudah berupaya untuk meningkatkan jumlah sumber daya manusia di sektor industri tekstil melalui pendirian sekolah vokasi di Jakarta dan Solo.

Pentingnya penambahan sekolah dan lembaga pendidikan tekstil bertujuan untuk menyiapkan dan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia bagi industri tekstil.

Making Industri 4.0 merupakan peta jalan mengenai strategi Indonesia dalam implementasi memasuki Industri 4.0. Peta jalan tersebut resmi diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada April 2018.

Menperin Airlangga Hartarto menjelaskan, Making Indonesia 4.0 memberikan arah yang jelas bagi pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan serta menjalankan 10 inisiatif nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia.

Penyusunan peta jalan ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan.

Untuk penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada lima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik.

Sektor ini dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar.

Baca juga: Kemenperin gelontorkan Rp103 miliar, kembangkan Making Indonesia 4.0
Baca juga: Menperin: Making Indonesia 4.0 sebanding dengan kebijakan di Eropa

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019