Kurihara, Jepang (ANTARA News) - Para petugas penyelamatan sampai Ahad terus mencari sebelas orang yang masih hilang setelah gempa bumi kuat mengguncang daerah pertanian di Jepang utara, yang menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai lebih dari 200 lainnya. Sekitar 400 anggota regu penyelamatan menggali reruntuhan di sekitar daerah peristirahatan musim semi yang dilanda gempa besar itu, yang menewaskan tiga orang dan empat orang lainnya masih dinyatakan hilang, setelah gempa berkekuatan 7,2 skala magnitudo mengguncang daerah itu Sabtu pagi. Gempa meruntuhkan lereng-lereng gunung, melengkungkan jembatan-jembatan dan meretakkan jalan-jalan namun jumlah korban dibatasi oleh jarangnya penduduk di daerah yang dilanda gempa di prefektur Miyagi dan Iwate, sekitar 300 kilometer di utara Tokyo. Meskipun demikian, terdapat ratusan orang yang syok dan para pejabat memperingatkan bahwa gempa susulan kuat masih akan datang. "Saya tak tahu di mana kami akan pergi, atau apa yang kami akan lakukan sekarang," jata Naoshi Miura, 80 tahun, dan isterinya Kirino, 76 tahun, serta dua anjing mereka saat diselamatkan dengan helikopter dari rumah mereka di gunung itu, lapor Reuters. Para petugas penyelamatan menemukan mereka di satu bangunan tingkat dua melalui puing-puing Ahad, setelah secara berhati-hati berhasil menyeberangi sungai yang penuh lumpur dengan perahu kayu. Mereka sejauh ini menemukan jenazah dua perempuan dan seorang lelaki dari reruntuhan puing, kata para pejabat setempat. Di daerah lain, ribuan tentara, petugas pemadam kebakaran dan petugas-petugas pertolongan lainnya membersihkan jalan-jalan di lereng gunung, memperbaiki listrik dan air bersih serta menginformasikan nasib orang-orang yang hilang lainnya. "Daerahnya sangat terjal dan jika jalan-jalan itu terputus, dan jika anda meminta tolong tentara, anda tidak akan dapat mencapainya," kata Masaaki Sakakibara, seorang pejabat militer selaku koordinator operasi penyelamatan di Kurihara, di dekat pusat gempa. "Kami masih sangat beruntung saat ini karena udaranya bagus, karenanya kami bisa menggunakan helikopter. Jalan-jalan di sini sangat terjal dan mempunyai tujuan yang terbatas," katanya. Menurut siaran televisi NHK, sembilan orang dilaporkan tewas, dan 234 lainnya cedera. Sekitar 300 orang Sabtu malam ditampung di pusat-pusat pengungsian. "Di sini tak ada air dan untuk memasak sangat sulit. Karenanya kami hidup dengan hanya makanan instan," kata Tokue Takahashi, 73 tahun, yang datang ke pusat penampungan untuk meminta air. Banyak penduduk yang kembali ke rumah mereka Ahad, namun sekitar 135 orang diperkirakan masih menginap untuk malam kedua di pusat-pusat penampungan, kata para pejabat setempat. Acapkali jika terjadi bencana alam yang menimpa daerah pedesaan di Jepang, yang banyak terpukul adalah para lanjut usia, terutama yang tinggal sendiri. "Soalnya, jika seseorang tinggal sendirian, yang paling dikhawatirkan adalah kesehatan mereka," kata Minoru Suzuki, 77 tahun, pekerja relawan medis. "Stress adalah masalah besar," tambahnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008