Bapak BJ Habibie saat itu bisa meyakinkan Bank Indonesia untuk menjalankan fungsinya sebagai bank sentral dalam rangka melakukan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat itu melalui kesiapan bank sentral untuk melakukan intervensi pasar. B
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Hisar Sirait menilai salah satu prestasi luar biasa yang dicapai Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie adalah berhasil memperkuat posisi Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral dalam rangka memulihkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ambruk saat krisis finansial tahun 1998.

"Bapak BJ Habibie saat itu bisa meyakinkan Bank Indonesia untuk menjalankan fungsinya sebagai bank sentral dalam rangka melakukan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat itu melalui kesiapan bank sentral untuk melakukan intervensi pasar. Bank sentral siap melakukan penguatan melalui intervensi ke pasar," ujar ekonom yang juga Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie tersebut saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Baca juga: BJ Habibie wafat, bendera setengah tiang tampak di sejumlah kedubes

Baca juga: Karangan bunga penuhi monumen Habibie-Ainun di Pare-pare


Dia menjelaskan bahwa almarhum BJ Habibie mendeteksi bahwa ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat krisis moneter 1998 akibat tekanan yang begitu besar terhadap utang Indoensia saat itu yang luar biasa besar.

Ketika Indonesia saat itu bertahan begitu lama dengan persoalan bahwa Indonesia harus mengikuti kebijakan nilai tukar mata uang yang mengambang bebas atau free floating manage exchange rate yang diadopsi pasar internasional, Presiden Republik Indonesia ketiga itu berpikir kalau kebijakan ini tetap diberlakukan maka perekonomian Indonesia akan semakin memburuk pada saat itu.

Beliau langsung bergerak cepat dan tanggap serta bisa meyakinkan kepada semua pihak dengan mengambil kebijakan manage floating di mana Indonesia harus bisa menempatkan nilai tukar rupiah pada posisi tertentu dimana ada ambang batas, sehingga sampai di situ nilai tukar rupiah boleh mengambang.

"Konsekuensi dari kebijakan manage floating adalah harus ada peran aktif dari bank sentral untuk melakukan intervensi ke pasar, dan BJ Habibie  saat itu memberikan suatu kewenangan kepada Bank Indonesia untuk melakukan intervensi jika dianggap perlu dalam mempertahankan nilai tukar," kata Hisar Sirait.

Baca juga: Prestasi BJ Habibie, besar jasanya bagi kemajuan kemaritiman

Presiden ketiga Republik Indonesia tersebut menyatakan bahwa kepastian nilai tukar akan menjadi jembatan yang baik untuk menenangkan banyak pihak sehingga kondisi perekonomian Indonesia saat itu betul-betul beliau jaga. Pada akhirnya BJ Habibie berhasil memperkuat BI sebagai bank sentral yang independen dalam menjalankan fungsinya.

Sebelum era Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie, peran bank sentral di zaman sebelumnya adalah Bank Indonesia sebagai bank sentral yang otonom tapi kebijakan-kebijakannya diatur dan dikendalikan oleh Presiden.

Baca juga: Prestasi Habibie - Pejuang Timtim Guterres akui Habibie orang hebat

Ketika mata uang rupiah mengalami undervalued atau overvalued, pada waktu itu dipastikan Bank Indonesia harus siap melakukan intervensi pasar dengan kondisi menjual atau membeli dolar di pasar valuta asing.

"Menurut saya posisi bank sentral di zaman Presiden kedua Republik Indonesia sebetulnya bisa dibilang merupakan bank sentral yang diregulasi oleh pemerintah atau regulated central bank," ujar Hisar Sirait.

Di masa Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie, beliau melakukan reformasi birokrasi, regulasi dan aturan di semua aspek, termasuk aspek ekonomi. "Ini adalah warisan beliau yang luar biasa," katanya.

Baca juga: Ridwan Kamil ingin sematkan nama BJ Habibie pada bangunan monumental

BJ Habibie, bapak teknologi dan demokrasi Indonesia

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019