Almarhum BJ Habibie merupakan sosok visioner
Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan prestasi Presiden ketiga BJ Habibie dalam membangun BUMN strategis seperti PT Pindad, PT PAL, dan PTDI harus terus dilanjutkan dalam rangka penguasaan teknologi.

"BJ Habibie sudah mengetahui itu semua, cuma persoalannya untuk mengimplementasikan ini, cukup berat pada saat itu. Periode 1990-an, BUMN-BUMN strategis seperti Pindad, PT PAL dan PT DI juga mendapatkan dukungan dari pemerintah saat itu karena dianggap ide-ide bagus untuk ke depannya," ujar Eko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan bahwa almarhum BJ Habibie merupakan sosok visioner, artinya sudah mengetahui bahwa kemampuan ke depan yang harus dimiliki oleh bangsa manapun adalah penguasaan teknologi di saat masyarakat Indonesia saat itu belum banyak yang menyadarinya.

Dampak penguasaan teknologi itu saat ini baru terasa, ketika hanya negara-negara seperti Jerman, China, Amerika Serikat dan lainnya yang berhasil menguasai teknologi yang menikmati hasil dari globalisasi. Itu karena mereka memiliki hak paten, riset dan penelitian di bidang teknologi serta produknya yang kemudian menjadi kekuatan mereka sekarang.

Masalahnya, lanjutnya, adalah adanya hambatan ketika krisis finansial menerjang Indonesia pada 1998. Dengan demikian mau tidak mau berbagai pemangkasan dilakukan, termasuk menimpa BUMN-BUMN strategis yang awalnya mau dijadikan garda terdepan untuk pengembangan teknologi di Indonesia dan terpaksa harus dibatasi pengembangannya.

"Dulu keputusan pahit ini harus diambil karena Indonesia dilanda krisis finansial 1998, kalau kita telah mengakui bahwa krisis itu sudah berlalu maka sebaiknya ide-ide membangun kembali BUMN-BUMN strategis harus dijalankan kembali," kata Eko.

Menurut dia, semua ini perlu dilakukan karena aspeknya untuk kepentingan strategis yang kalau tidak dikuasai, Indonesia tidak akan pernah bisa mandiri dan independen terhadap negara-negara lain dari aspek teknologi.

"Memang harus dimulai kembali ide-ide dari BJ Habibie seperti upaya beliau untuk merintis kembali pembuatan pesawat untuk kebutuhan regional antarpulau dan wilayah di Indonesia dengan kapasitas yang tidak perlu besar seperti pesawat lintas negara, dan harusnya mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan dunia swasta," ujarnya.

Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta, Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB.

BJ Habibie pernah menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi selama 20 tahun dan membangun BUMN-BUMN strategis seperti PT Dirgantara Indonesia atau PTDI (dahulu bernama IPTN) pada 1976, kemudian PT PAL pada 1980 dan PT Pindad pada 1983.

Baca juga: Pengamat: Habibie berjasa dorong keunggulan kompetitif produk RI
Baca juga: Prestasi BJ Habibie - Andrinof: BJ Habibie motivator bagi para ilmuwan
Baca juga: Sri Mulyani: Prestasi BJ Habibie beri fondasi kuat untuk Indonesia

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019