Masyarakat untuk terus waspada serta mengantisipasi potensi munculnya titik panas dan berkurangnya ketersediaan air.
Pontianak (ANTARA) - Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Mempawah, Kalimantan Barat, Ismaharto mengatakan berdasarkan pemantauan hari tanpa hujan di Kalimantan Barat secara umum berada dalam kategori pendek yakni 6 – 10 hari hingga menengah, 11 – 20 hari.

"Di Kalimantan, hari tanpa hujan terpanjang terjadi di wilayah Bonti, Kabupaten Sanggau sepanjang 44 hari," ujarnya di Mempawah, Selasa.

Saat ini, kualitas udara PM10 maksimum sebesar 217.86 µg/m3 dengan kategori "Tidak Sehat". Kondisi tersebut terjadi sejak 7 September 2019 pukul 10:00 WIB.

Ismaharto Adi menyebut, kondisi indeks Nino 3.4 terpantau sebesar (-0.09) berada pada fase netral.

"Indeks Dipole Mode terpantau sebesar +0.98 berada pada kondisi Dipole Mode Positif. Suhu permukaan laut di sekitar wilayah Kalimantan Barat secara umum menunjukkan nilai anomali berkisar antara -0.8 hingga 0.0," katanya.

Secara umum, curah hujan di wilayah Kalimantan Barat pada dasarian II tanggal 11- 20 September 2019 diprakirakan berkisar antara 10-90 mm/dasarian, di mana curah hujan Kalimantan Barat wilayah hulu diprakirakan yang lebih tinggi dibanding curah hujan di wilayah pesisir.

"Terdapat potensi hujan pada awal dan akhir dasarian II September di sebagian wilayah Kalimantan Barat. Namun, potensi hujan kembali berkurang pada pertengahan dasarian II September," kata Ismaharto Adi.

Baca juga: 50 ton garam disiapkan untuk modifikasi cuaca di Kalimantan Barat

Baca juga: Kalbar berpotensi hujan disertai petir dan angin kencang


Ia menambahkan bahwa perlu diwaspadai dampak berkurangnya curah hujan, terutama di wilayah Kalimantan Barat bagian selatan, masyarakat diimbau selalu waspada serta mengantisipasi potensi munculnya titik panas dan berkurangnya ketersediaan air.

“Masyarakat untuk terus waspada serta mengantisipasi potensi munculnya titik panas dan berkurangnya ketersediaan air,” katanya.

Dalam dua hari terakhir status kualitas udara di sejumlah daerah mulai menurun, bahkan sudah masuk kategori berbahaya. Aktivitas belajar dan mengajar juga sudah diliburkan dan terus diperpanjang.

Kemudian yang paling signifikan akibat dampak kabut asap dirasakan dalam aktivitas penerbangan di Kalbar seperti di Bandara Internasional Supadio Pontianak.

Dalam dua hari terakhir terjadi pembatalan penerbangan, pendaratan ke Kalimantan Barat harus pindah ke bandara terdekat dan bahkan kembali ke bandara asal. Banyak penumpang harus kembali dan tidak bisa kembali atau keluar Kalimantan Barat.

Berdasarkan data, pada Minggu, 15 September 2019 terjadi 37 pembatalan penerbangan sejak pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, dan ada 33 pembatalan penerbangan pada Senin, 16 September 2019.*

Baca juga: Diguyur hujan lebat, puluhan rumah warga Bengkayang-Kalbar terendam banjir

Baca juga: Curah hujan tinggi, ratusan rumah di Kabupaten Sanggau-Kalbar terendam banjir


Pewarta: Dedi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019