Palangka Raya (ANTARA) - Kualitas udara di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah masih bertahan pada kategori berbahaya sehingga mengancam kesehatan warga setempat.

"Kondisi saat ini angka partikulat meter 10 (PM 10) menyentuh angka 500 sehingga masuk kategori berbahaya," kata kata Kepala UPT Laboratorium Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya, Bowo Budiarso, Selasa.

Dia menerangkan dalam menetapkan kualitas udara pemerintah telah menetapkan lima indikator minimal yang harus terpenuhi.

Kelima indikator itu, yakni partikulat meter 10 (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon dioksida (CO2), ozone (O3) dan nitrogen oksida (No2). Dalam pemantauan kualitas udara, kelima indikator tersebut juga harus memenuhi angka tertentu agar udara dikatakan sehat.
Baca juga: DPRD minta Pemkot Palangka Raya segera tetapkan darurat karhutla

Dia menerangkan udara dinyatakan baik jika angka indikator ada pada rentan 0-50, kemudian sedang dengan angka 51-100, tidak sehat pada angka 101-199, sangat tidak sehat pada angka 200-299, dan berbahaya kalau sudah mencapai angka 300 lebih.

Jika salah satu dari lima indikator tersebut angkanya sudah menyentuh angka minimal 300 maka udara dinyatakan berbahaya.

"Dari lima indikator tersebut hanya PM 10 yang angkanya melebihi ambang batas sehat. Sementara untuk empat indikator lainnya dalam kategori sehat. Kondisi ini telah terjadi sejak beberapa waktu lalu," kata Bowo.
Baca juga: Kabut asap makin pekat seluruh sekolah di Palangka Raya diliburkan

Dia menerangkan, nilai kelima indikator kesehatan udara itu diambil dari alat pantau ISPU yang dipusatkan di Kecamatan Jekan Raya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan, kebakaran di lahan kosong masih marak terjadi di Palangka Raya. Bahkan di beberapa titik, kebakaran lahan mulai mendekati pemukiman warga.

Tak hanya itu, dampak kebakaran hutan dan lahan mulai dirasakan masyarakat seperti bau kabut asap menyengat yang membuat nafas sesak dan mata pedih.

Pemerintah Kota Palangka Raya pun menetapkan sekolah tingkat SD dan SMP libur selama tiga hari terhitung mulai 16-18 September.
Baca juga: Penerbangan di Palangka Raya hampir lumpuh karena kabut asap
 

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019