Jakarta (ANTARA) - Cristiano Ronaldo mengatakan bahwa popularitas dan ketenaran telah membuat hidupnya membosankan dan ia ingin kembali "bebas." Pemain berusia 34 tahun tersebut adalah salah satu wajah paling dikenal di planet ini.

Ronaldo bisa dikatakan sebagai pemain terhebat atau salah satu yang terbaik dalam sejarah sepak bola setelah menghabiskan sebagian besar kariernya meraih banyak trofi dan mencatatkan rekor-rekor individu.

Selain meraih gelar domestik dengan Manchester United, Real Madrid dan Juve, Ronaldo telah membawa Portugal menjuarai Piala Eropa dan menyabet lima penghargaan Ballons d'Or.
Tidak hanya menjadi seorang pemenang di lapangan, pemain kelahiran Madeira ini adalah salah satu tokoh paling populer di media sosial.

Namun, ketenaran yang datang bersama kesuksesan sepertinya mulai terlalu berat bagi sang megabintang, yang bahkan tidak bisa membawa anak-anaknya bermain ke taman karena takut dikerumuni oleh para penggemarnya.

Baca juga: Soal Ballon d'Or, Ronaldo merasa pantas lebih banyak dari Messi

"Menjadi saya itu membosankan," katanya dalam sebuah wawancara dengan ITV yang dilansir Goal pada Rabu (18/9).

"Memang menyenangkan menjadi terkenal, masuk halaman pertama surat kabar dan TV. Namun, setelah 15 tahun, setelah sekian lama, saya ingin mempunyai privasi."

"Dalam 10 tahun terakhir, privasi saya telah hilang. Saya belum pernah pergi ke taman bersama anak-anak saya. Bila saya pergi, orang-orang muncul dan anak-anak saya gugup, pasangan saya gugup, saya menjadi gugup."

Baca juga: Cristiano Ronaldo menangis saat melakukan wawancara

"Ketika saya di depan umum, saya tidak bisa menjadi diri sendiri. Itu membosankan. Saya ingin kembali bebas."

Namun, rasa hausnya untuk meraih kesuksesan lebih besar dibandingkan hasratnya mendapatkan kedamaian dan ketenangan.

"Obsesi saya untuk menang, untuk sukses. Saya bekerja untuk itu. Bakat saja tidak cukup," tambahnya.

"Saya terobsesi untuk menang dan sukses. Saya tidak mengejar rekor, rekor yang mengejar saya."(sumber ITV & Goal)

Pewarta: Hendri Sukma Indrawan
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019