kekayaan hayati di Bentang Alam Wehea-Kelay masih banyak yang belum terekspose pemanfaatannya
Samarinda (ANTARA) - Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Bentang Alam Wehea-Kelay, Kabupaten Kutai Timur dan Berau, Kalimantan Timur, mendata ada 1.282 individu orangutan dan 1.220 spesies yang hidup di bentang alam tersebut termasuk tumbuhan obat-obatan.

"Kekayaan hayati di Bentang Alam Wehea-Kelay masih banyak yang belum terekspose pemanfaatannya, maka kami perlu keterlibatan civitas akademika untuk melakukan penelitian lebih lanjut," ujar Ketua Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Wehea-Kelay Suyitno di Samarinda, Minggu.

Sebanyak 1.220 spesies yang telah didata oleh Suyitno bersama tim tersebut terdiri atas 713 jenis tumbuhan, 77 jenis mamalia, 270 jenis burung, 46 jenis reptil, 70 jenis amfibi, dan tercatat ada 44 jenis kupu-kupu.

Sebelumnya, saat memberikan kuliah umum dalam Sosialisasi KEE Wehea-Kelay di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Suyitno menjelaskan, di kawasan ini masih terbuka untuk dieksplorasi tentang sumber obat-obatan (biofarmaka), seperti bajakah yang bisa membantu kesehatan manusia.

Baca juga: BKSDA Agam data populasi buaya muara untuk pengusulan lokasi KEE

Ia mengatakan bahwa Forum KEE terbuka untuk mereka yang memiliki tujuan sama, yakni konservasi orang utan Kalimantan Timur.

Fakultas Kehutanan Unmul menjadi anggota paling akhir dalam forum yang kini beranggotakan 23 lembaga ini.

Menurutnya, anggota forum terdiri dari perwakilan pemegang konsesi (perkebunan sawit, hutan alam dan hutan tanaman industri), kemudian masyarakat Wehea, pemerintah daerah, organisasi pemerhati lingkungan dan balai penelitian pemerintah.

Baca juga: Ditemukan 606 Sarang Orangutan di Wehea, Kutai Timur

Bergabungnya Unmul di forum ini, tentu bisa melengkapi kinerja tim dalam melindungi kawasan penting koridor orang utan di luar kawasan konservasi, khususnya dari sisi kajian ilmiah. Saat ini anggota forum mengelola sekitar 360 ribu hektare kawasan dari target 532 ribu hektare.

Ia berharap pada tahun 2020, seluruh Bentang Wehea-Kelay bisa dikelola secara efektif, apalagi disadari bahwa pengelolaan bentang alam ini penting karena sumber mata air, potensi hutan sebagai ekowisata, sumber oksigen, dan tempat tinggal spesies endemik.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Rudianto Amirta mengatakan, kerja sama dengan KEE Wehea-Kelay akan menjadi peluang dalam pengelolaan KEE-KEE lainnya, maka diharapkan kegiatan ini menjadi inisiasi membangun rincian kebutuhan KEE ke depan. 

Baca juga: Kawasan konservasi penyu Pariaman dijadikan ekosistem esensial

Pewarta: M.Ghofar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019