Mayoritas UMKM-nya tersebar di Kota Denpasar dan sedikit di wilayah Ubud, Kabupaten Gianyar, serta di Kabupaten Buleleng
Denpasar (ANTARA) - Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) memperkuat fungsi intermediasi melalui penyaluran pembiayaan ke sektor produktif, yang untuk di Bali salah satunya dilakukan dengan mendorong pembiayaan pada sektor UMKM.

"Untuk UMKM-nya di Bali per Juni 2019, kurang lebih sudah tersalur Rp2,3 triliun. Itu kebanyakan masih UMKM di Denpasar," kata Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara dalam acara Diskusi Bersama CIMB Niaga di Denpasar, Senin.

UMKM di Bali yang sudah memanfaatkan jasa kredit dari CIMB Niaga Syariah, sebagian besar merupakan sektor usaha di bidang makanan dan minuman serta produk-produk kerajinan.

"Mayoritas UMKM-nya tersebar di Kota Denpasar dan sedikit di wilayah Ubud, Kabupaten Gianyar, serta di Kabupaten Buleleng," ucapnya.

Pandji tidak memungkiri ada tantangan terkait saluran distribusi untuk menjangkau UMKM secara lebih dalam karena pihaknya harus memiliki cabang hingga ke pelosok-pelosok wilayah. Oleh karena itu, tak jarang pihaknya untuk penyaluran pada UMKM dengan menggandeng korporasi.

Selain itu, pihaknya untuk di Bali juga lebih fokus pada segmen kredit kepemilikan properti.

Pandji menambahkan, secara nasional CIMB Niaga Syariah mencatatkan hingga 30 Juni 2019 pertumbuhan pembiayaan sebesar 31,6 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp27,96 triliun. Kontributor kenaikan tersebut diantaranya berasal dari sektor UMKM serta komersial yang masing-masing tumbuh sebesar 69 persen (yoy) menjadi Rp2,6 triliun dan 52 persen (yoy) menjadi Rp3,7 triliun.

"Pertumbuhan positif pada pembiayaan UMKM dan Komersial sejak 2018 tersebut menunjukkan komitmen CIMB Niaga Syariah dalam mendukung pengembangan kedua segmen tersebut di Tanah Air. Hal ini juga sejalan dengan strategi induk usaha yang terus fokus pada keahlian utama," ucapnya.

Menurut Pandji, pembiayaan yang disalurkan selalu diimbangi dengan kemampuan CIMB Niaga Syariah dalam menjaga kualitas pembiayaan. Per 30 Juni 2019, non-perfoming financing (NPF) gross dan net dapat dijaga masing-masing pada level 1,22 persen dan 0,52 persen.

Sementara dari sisi pendanaan, per 30 Juni 2019 CIMB Niaga Syariah berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp27,17 triliun atau tumbuh 37,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Adapun aset tercatat sebesar Rp38,22 triliun atau naik 56,9 persen (yoy).

Raihan tersebut berkontribusi 14,06 persen terhadap total aset induk usaha dan sekaligus menempatkan CIMB Niaga Syariah sebagai bank Syariah dengan aset terbesar keempat di Indonesia.

Di sisi lain, Pandji mengharapkan adanya insentif dari pemerintah supaya lebih banyak orang memakai perbankan berbasis syariah. "Kalau bank konvensional pajaknya 20 persen, kalau syariah misalnya pajaknya 10 persen, nasabah tentu akan lebih memperhatikan yang syariah. Harapan kami pemerintah dapat memberikan kebijakan dan insentif yang memudahkan penetrasi syariah," katanya.

Sejauh ini, menurut Pandji, komitmen bank induk sangat kuat karena di hampir semua cabank bank diminta untuk menjual atau menawarkan dulu produk-produk syariah (syariah first).

"Ke depan, kami akan terus menjaga tren pertumbuhan positif ini dengan melanjutkan inisiatif Syariah First, menghadirkan produk dan layanan berkualitas, dan menjaga customer experience agar tetap setara dengan induk usaha," kata Pandji.

 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019