Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Aris Wahyudi mengatakan pelatihan vokasi dengan program 3R balai latihan kerja menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia unggul sesuai dengan kebutuhan pasar (demand-driven) dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

"Ke depannya kita bisa bersama-sama mengawal agar pembangunan sumber daya manusia pada umumnya dan ketenagakerjaan khususnya bisa seiring sejalan dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0," kata Aris dalam Diskusi Panel dengan Tema Menyongsong Revolusi Industri 4.0 melalui Pelatihan Vokasi: Perkuat Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) di Gedung Kemnaker, Jakarta, Senin.

Untuk menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar bukan supply-driven, maka Kementerian Ketenagakerjaan telah mengembangkan program 3R balai latihan kerja, yakni reorientasi, revitalisasi dan rebranding.

Reorientasi merupakan upaya untuk menentukan kejuruan dan program-program yang dibuka serta menutup kejuruan yang tidak relevan dengan kebutuhan di era revolusi industri 4.0.

Revitalisasi berkaitan dengan perbaikan mutu dan sumber daya balai latihan kerja sehingga menjadi pusat pelatihan vokasi unggul. Ada delapan variabel yang ditingkatkan fungsinya, yakni: SDM pengelola lembaga dan tenaga instruktur, sarana dan prasarana pelatihan, tata kelola balai, standar kompetensi dan program pelatihan, sistem pendanaan, kemitraan dengan dunia industri, dan dunia usaha.

Rebranding merupakan upaya menjadikan balai latihan kerja menjadi tempat bagi pelatihan keterampilan yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan riil pasar saat ini bukan supply-driven.

Dengan begitu, diharapkan sinergitas kebutuhan dan pasokan tenaga kerja terampil terbangun serta efisiensi dan efektivitas pembangunan SDM semakin meningkat.

Baca juga: Kemenperin gelar pelatihan SDM industri animasi


Program 3R balai latihan kerja tersebut mendorong percepatan peningkatan daya saing dan kompetensi SDM Indonesia. Sebagaimana Presiden Joko Widodo menegaskan fokus pada pembangunan SDM Indonesia unggul ke depannya karena variabel ini menjadi prndorong kemajuan bangsa Indonesia.

Menurut Aris, ketenagakerjaan harus menjadi faktor pendorong bukan malah pengerem kemajuan bangsa, untuk itu tenaga kerja Indonesia harus benar-benar dipersiapkan dengan matang sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bersaing di kancah global.

Menghadapi transformasi yang cepat dalam revolusi industri 4.0, maka dibutuHkan respon yang cepat dan komprehensif dalam menyiapkan ketenagakerjaan sesuai dengan kebutuhan saat ini.

"Revolusi industri 4.0 akan berdampak luar biasa dari aspek ketenagakerjaan karena pola konsumsi, produksi dan distribusi barang dan jasa berubah sangat ekstrim itulah disebut digital disruption," ujarnya.

Revolusi industri 4.0 mempengaruhi pola perubahan produksi, distribusi dan konsumsi. Di masa ini, penggunaan teknologi semakin berkembang pesat di mana semula banyak produksi menggunakan banyak tenaga namun sekarang mulai beralih kepada mesin dan teknologi sehingga barang-barang bisa diproduksi massal dalam waktu relatif singkat

Revolusi ini ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang seperti kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum, Internet of Things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.

Revolusi industri 4.0 juga mengintegrasikan antara dunia online dan dunia industri sehingga dapat menambah efisiensi nilai proses industri. Model bisnis berbasis digital juga semakin berkembang pesat. Revolusi industri 4.0 menyebabkan peningkatan otomatisasi industri dengan memperkenalkan teknologi produksi massal yang dapat disesuaikan dan fleksibel.

Baca juga: Menaker bahas kerja sama pelatihan vokasi dengan Malaysia
Baca juga: Perwakilan Singapura apresiasi pelatihan vokasi disabilitas Indonesia


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019