Medan (ANTARA News) - Bupati Bener Meriah, NAD, Tagore Abubakar menyatakan kondisi di daerahnya mencekam dan sebagian penduduk masih memilih mengungsi pasca penembakan terhadap Ardiansyah. "Jadi pasca penembakan itu sebagian besar masyarakat masih ketakutan, sedangkan mereka yang tinggal di lokasi kejadian memilih untuk mengungsi ke rumah keluarga," katanya sesaat sebelum bertolak ke Jakarta di Bandara Polonia, Medan, Rabu. Dia juga mengatakan kondisi yang terjadi itu akibat kekhawatiran masyarakat terutama mereka yang berdomisili di daerah pedalaman atau perkampungan. Untuk menciptakan stabilitas keamanan pada malam hari, pemerintah kabupaten telah mengambil kebijakan untuk melakukan penjagaan di setiap tempat dengan membentuk pos kamling. "Saya sudah perintahkan untuk jaga malam di setiap tempat berkoordinasi dengan aparat kemanan setempat untuk melindungi dan menghilangkan ketakutan penduduk," ujarnya. Menurut dia, ada pihak-pihak yang tidak menginginkan kondisi aman di Aceh pasca perjanjian damai yang dilakukan Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Karena, baik sebelum ataupun setelah perjanjian damai itu, gerombolan orang bersenjata api sering mengetuk pintu rumah warga dan terkadang menembakkan senjata. "Warga yang diganggu sekelompok orang di malam hari ini telah berlangsung lama dan kita tidak mau kondisi ini terus berlarut-larut. Untuk itu kami meminta kepada pemerintah pusat harus bertanggung jawab menjaga keamanan di seluruh wilayah Indonesia," tegasnya. Sebelumnya, Senin (30/6) sekitar pukul 02.00 WIB, sejumlah pria tak dikenal memberondong rumah Ardiansyah (40), Kepala Desa Seni Antara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, dengan menggunakan senjata api laras panjang. Akibat peristiwa itu, Sukma Dewi (35), isteri Ardiansyah yang sedang hamil lima bulan tewas di tempat, sedangkan Ardiansyah kritis dan diterbangkan ke Medan untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Haji Adam Malik.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008