Jakarta (ANTARA) - Kawasan Asia-Pasifik harus mempertimbangkan posisi Amerika Serikat dan China dalam menentukan sikap di tengah perang dagang antara kedua negara besar itu, kata Senator Australia Penny Wong.

Dalam seminar yang digelar oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta, Selasa, Wong mengatakan ada empat realitas yang perlu dipertimbangkan negara-negara kawasan dengan memperhatikan interaksi Beijing maupun Washington, salah satunya terkait kecenderungan ekonomi.

Mengacu pada Buku Putih Kebijakan Luar Negeri Australia, Wong yang merupakan pimpinan Partai Buruh mengatakan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat diproyeksikan meningkat, dari 18,6 triliun dolar AS pada 2016, menjadi 24 triliun dolar AS pada  2030.

Baca juga: Senator Australia: Perang dagang AS-China kacaukan multilateralisme

Sementara itu, PDB China tumbuh dari 21,4 trilyun dolar AS menjadi 42,4 dolar AS pada periode yang sama.

Data tersebut menunjukkan dalam satu dekade, ekonomi China akan menjadi dua kali lebih besar dibanding ekonomi AS, India dan Uni Eropa, serta tujuh kali lebih besar dari Jepang.

“Bahkan jika angka-angka ini tidak mencapai yang diproyeksikan, tetap ada perubahan bentuk ekonomi global dan regional yang fundamental, dengan implikasi mendalam bagi kawasan kita dan Amerika Serikat,” katanya.

Baca juga: Pakar Jepang prediksi China semakin kuat

Faktor kedua adalah keterlibatan ekonomi dengan China, mengingat negara tirai bambu itu merupakan mitra dagang dan sumber investasi bagi banyak negara di Asia-Pasifik. Wong meyakini hubungan ekonomi dengan China tetap penting bagi negara-negara di kawasan.

“Ketiga adalah posisi China dalam tatanan global. Beijing aktif terlibat dalam semua organisasi internasional besar, dari Dewan Keamanan PBB, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga Interpol,” katanya.

Sementara faktor keempat adalah realitas kekuatan. Menurut Wong, dalam beberapa dekade mendatang, baik AS maupun China tak akan dapat menetapkan posisi sebagai kekuatan mutlak.

Konsekuensinya, Wong mengatakan keduanya harus siap untuk hidup berdampingan sebagai sesama kekuatan besar.

Baca juga: Di tengah perseteruan AS-China, kerja sama Indonesia-Australia penting

Manfaatkan perang dagang, Presiden bidik pasar mebel & kayu

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019