Bandarlampung (ANTARA News) - Kendati menyandang nama besar keluarga Ryacudu, tokoh ternama di Lampung dan Palembang (Sumatera Selatan) maupun nasional, agaknya tidak berarti semua yang diimpikan oleh Syamsurya Ryacudu bisa mulus digapai. Empat tahun layaknya menjadi "pemain cadangan", selaku Wakil Gubernur Lampung 2004-2009, di tengah hiruk pikuk persaingan merebut kursi Gubernur Lampung periode mendatang, pria yang akrab disapa dengan Syam itu akhirnya mencapai jenjang kekuasaan tertinggi di Provinsi Lampung sebagai gubernur. Hal itu terjadi setelah Sjachroedin mundur dari jabatan Gubernur Lampung karena kembali mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah di propinvi yang sama untuk jabatan periode selanjutnya. Profesi sebagai dosen di Universitas Bandarlampung (UBL) dan ASM Bandarlampung dijalani Syam mulai tahun 1991 hingga 2002. Dia kemudian dipromosikan menjadi Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UBL periode 1992-1996. Ia pun pernah menjabat sebagai Ketua Badan Pelaksana Kuliah Kerja Nyata (BP KKN) pada 1997, sebelum terjun berpolitik praktis menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lampung periode 1999-2004, dan Wakil Gubernur (Wagub) Lampung pada 2004-2009. Syamsurya juga pernah tercatat mengikuti pelatihan/Kursus Pendidikan Pelatihan (Diklat) Pemudda Golongan Karya (Golkar) pada 1997, Pelatihan KKN Unila, Pelatihan Anggota DPRD Provinsi (1997). Kendati hanya meneruskan masa jabatan Gubernur Lampung yang ditinggalkan Sjachroedin karena harus mundur untuk mencalonkan diri, dalam waktu singkat (hingga 2 Juni 2009), Syamsurya menegaskan tekadnya untuk berbuat terbaik bagi masyarakat Lampung. "Saya tidak ingin waktu setahun itu lewat begitu saja dan tanpa kesan di hati rakyat," kata Syam. Dia menyadari bahwa waktu setahun memimpin Lampung itu terlalu singkat untuk menyelesaikan banyak masalah di daerah Lampung yang penduduknya mencapai sekitar 7,3 juta dan mencapai 30 persen masih didera kemiskinan. Lampung hingga kini dikenal sebagai provinsi termiskin kedua di Sumatera. Namun, Syam berjanji akan memanfaatkan waktu yang singkat itu dengan sebaik-baiknya, sehingga berdampak positif bagi rakyat Lampung. Salah satu kawan lama dan sahabat Syamsurya saat menjadi dosen di UBL, Jauhari M. Zailani MSc menuturkan, sejak awal dirinya telah mendorong kawannya itu untuk bisa menggapai prestasi dan jabatan tinggi yang harus diraihnya, apalagi menyandang nama besar Ryacudu. Ayah Syam, Ryacudu, adalah salah seorang perwira tinggi yang berprestasi di Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sedangkan, Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu yang mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) adalah kakak kandung Syam. Oleh karena itu, menurut Jauhari, setelah menapaki karir sebagai dosen di UBL-ASM sejak tahun 1991, Syam beralih menjadi anggota DPRD Lampung dari Partai Golkar pada 1999-2004. Tahun 2004, Syamsurya yang lahir Palembang pada 14 Desember 1955, dan beristrikan Dra Dewi Kusmintarsih yang memberinya tiga anak, berduet dengan Sjachroedin ZP, pensiunan petinggi Kepolisian Negara RI (Polri), berhasil meraih kursi Wakil Gubernur Lampung. Kini setelah dilantik Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Mardiyanto, sebagai Gubernur Lampung pada Rabu (2/7), banyak harapan ditumpukan kepada Syam, kendati hanya kurang setahun memimpin Lampung untuk tetap dapat berbuat yang terbaik dan berarti bisa dirasakan masyarakat di daerahnya. "Ya, walaupun singkat, saya tetap akan bergegas untuk membereskan birokrasi dan administrasi pemerintahan di Pemda Provinsi Lampung, menyukseskan Pemilu Gubernur 2008, dan Pemilu 2009," kata Syam. Ia pun mempertegas komitmen untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pendidikan di daerahnya sekaligus membenahi jalinan komunikasi di lingkungan birokrasi pemerintahan di Lampung itu. Syamsurya kini harus membuktikan kepiawaian memimpin Lampung dalam tempo singkat itu. "Syam telah berhasil mencapai jabatan tertinggi di Lampung sebagai gubernur. Semoga dia bisa mewujudkan tekadnya berbuat terbaik untuk Lampung walaupun hanya dalam waktu kepemimpinan yang singkat," demikian harapan Jauhari, yang agaknya juga mewakili harapan masyarakat Lampung. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008