Jakarta (ANTARA) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengingatkan prajurit TNI agar siap menghadapi segala tantangan, termasuk dalam kemajuan teknologi yang semakin pesat.

Saat ini, kata dia, di Jakarta, Rabu, dunia terus berubah sebagai imbas dari perubahan teknologi yang demikian cepat dan kemajuan teknologi memungkinkan menciptakan teknologi baru. Di sisi lain muncul paradoks berupa kesenjangan akibat jurang terkait penguasaan dan pemanfaatan teknologi.

"Muncul penggunaan teknologi untuk tujuan yang bertentangan dengan kepentingan bangsa dan negara," kata dia, sebagaimana ada dalam amanat yang dibacakan Inspektur Jenderal TNI Letnan Jenderal TNI Muhammad Herindra dalam Seminar Nasional "Transformasi Peran TNI 2045 Dalam Dinamika Tantangan Global" di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur.

Dalam sambutan itu dikatakan penggunaan teknologi yang semakin mudah, dimanfaatkan musuh untuk menyerang.

Ia mencontohkan serangan UAV alias drone ke kilang minyak Arab Saudi. Contoh sederhana lain adalah media sosial yang digunakan untuk menggerakkan kerusuhan, ataupun bahkan merekrut sel-sel teroris baru.

Juga baca: Indonesia harus percepat industrialisasi radar pertahanan

Juga baca: Transformasi pertahanan memerlukan revolusi teknologi militer

Juga baca: Industri pertahanan tawarkan teknologi navigasi

"Selain itu, secara khusus Indonesia masih berhadapan dengan berbagai bencana alam. Kita juga masih memiliki tantangan berupa gerakan separatisme maupun terorisme. Terdapat pula perubahan iklim dan pertambahan jumlah penduduk yang berkaitan dengan ketersediaan pangan, energi, ataupun air," kata Herindra membacakan sebagian sambutan itu. 

Diperkirakan pada 2045 jumlah penduduk dunia akan mencapai 10 miliyar jiwa. Indonesia diramalkan akan menjadi negara maju dengan produk domestik bruto atau (PDB) terbesar kelima dunia.

Satu dekade sebelumnya, yaitu pada 2036 Indonesia mengalami bonus demografi yang sangat strategis bagi pembangunan nasional. Tetapi tentunya Indonesia juga harus mewaspadai pula 20 sampai 30 tahun kegagalan tinggal landas dan mencapai keunggulan.

"Peluang dan tantangan tersebut harus disikapi oleh TNI. TNI telah mencanangkan diri untuk menjadi organisasi yang adaptif, organisasi yang mampu menghadapi perkembangan dunia dengan segala kompleksitas tantangannya," ujarnya.

Selain itu, TNI juga harus memperkuat sumber daya manusia yang dimilikinya, tidak hanya sebagai pengawak sistem kesenjataan yang modern, tetapi juga personel yang mengarahkan adaptasi inovasi. TNI harus merusmuskan langkah-langkah strategis jangka panjang menjelang 100 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 2045.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019