Dari tiga strategi itu yang menjadi kendala saat ini ketersediaan data konkrit
Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan fokus meningkatkan dua sektor utama yakni investasi dan ekspor karena diyakini menjadi solusi untuk menggeliatkan perekonomian daerah yang dalam beberapa tahun terakhir terimbas penurunan harga komoditas.

Kepala Biro Ekonomi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Afrian Joni di Palembang, Rabu, mengatakan pemerintah sudah memiliki tiga strategi untuk memacu sektor investasi yakni membangun infrastruktur dan merealisasikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api, mendorong melalui regulasi berupa peraturan daerah (perda) dan peraturan gubernur (pergub), serta memetakan peluang investasi.

“Dari tiga strategi itu yang menjadi kendala saat ini ketersediaan data konkrit. Misal, kami sudah memberikan informasi mengenai investasi di sektor karet, kopi, dan padi, tapi ketika mau hilirisasi ternyata data di lapangan mengenai luas lahan dan lainnya tidaklah riil,” kata dia.

Afrian Joni yang dijumpai di acara Diseminasi Kebijakan Penurunan BI 7-day Reverse Repo Rate di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Rabu, mengatakan terkait kebutuhan data konkrit ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah provinsi dan para pemangku kepentingan.

Sementara untuk sektor ekspor, kata dia, penurunan yang terjadi karena adanya pelemahan harga komoditas karet, batu bara, dan sawit.

Seperti diketahui Sumsel sempat mengalami masa boombing komoditas pada tahun 2009-2011 dengan mencatat kenaikan nilai dan volume ekspor yang tinggi, namun sejak 2013 hingga sekarang harga komoditas tak kunjung membaik, sehingga turut menggerus performa ekspor.

Untuk itu Provinsi Sumatera Selatan menjajaki potensi ekspor ke sejumlah negara, selain China, seperti negara-negara di Timur Tengah dan Eropa.

Menurut Afrian Joni, peluang ekspor bukan hanya sebatas hasil bumi yakni karet, minyak sawit, batu bara, minyak dan gas, tapi juga pada kerajinan tangan dan produk industri kreatif.

“Seperti kain khas Sumatera Selatan yakni kain songket, itu bisa dikembangkan lebih baik lagi karena negara-negara di Eropa sebenarnya sangat menyukai produk-produk bercita rasa etnik,” kata dia.

Pada Januari-Juli 2019 nilai ekspor nonmigas Sumatera Selatan didominasi oleh komoditas karet sebesar 821,26 juta dolar AS, disusul oleh bubur kayu atau pulp yang mencapai nilai sebesar 796,02 juta dolar AS, dan batu bara sebesar 414,47 juta dolar AS.

Baca juga: Indonesia ajak investor "first class" Korsel masuk Tanah Air


 

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019