Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membahas sistem transportasi yang ramah iklim di forum Climate Action Summit 2019 yang berlangsung 23 sampai 25 September di markas besar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.

Menurut siaran pers Humas Pemerintah Kota Surabaya, Rabu, Risma dalam forum itu memaparkan upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam mengekang perubahan iklim dengan sistem transportasi yang ramah lingkungan.

Risma mengatakan bahwa transportasi, yang merupakan bagian dari pusat kesejahteraan rakyat, memberikan sumbangan emisi gas rumah kaca sampai 28 persen.

Kondisi yang demikian, ia melanjutkan, membuat Aksi Menuju Transportasi yang Ramah Iklim menjadi sangat penting.

"Makanya kami mencoba beralih dari transportasi perkotaan yang berpolusi ke angkutan umum dengan meluncurkan bus kota bernama Suroboyo Bus," ujarnya.

Selain membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, penyediaan angkutan umum itu juga berkontribusi dalam upaya pengelolaan sampah plastik.

"Penumpang membayar ongkos bus menggunakan botol plastik, dan itu mampu mengurangi sampah botol plastik di kota kami," kata Risma.

"Suroboyo Bus kami juga bisa mengangkut sepeda. Uji emisi reguler juga dilakukan dengan hasil hampir 90 persen kendaraan lulus uji emisi," ia menambahkan.

Pemerintah Kota Surabaya itu juga membangun tempat parkir guna memfasilitasi komuter memarkir kendaraan sehingga warga yang menggunakan mobil atau sepeda motor bisa menitipkan kendaraan kemudian beralih ke angkutan umum atau berjalan kaki di pedestrian yang bersih dan aman.

Selain itu, pemerintah kota terus melakukan penghijauan dengan menanam pepohonan, membangun taman, melestarikan hutan bakau, dan menggelar hari bebas kendaraan setiap Minggu pagi dalam upaya mengurangi emisi karbon.

"Itu upaya yang kami lakukan bersama masyarakat. Jumlah taman di kota kami mencapai 475 taman umum, luas mangrove 2.871 hektare, dan total 72 waduk yang sudah dibangun di Kota Surabaya," kata Risma.

Wali Kota Risma juga memaparkan upaya pemerintah mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah dari tingkat rumah tangga serta pengolahan sampah menjadi energi.

"Kami juga dapat menghasilkan listrik di lokasi pembuangan akhir kami. Saat ini sudah mulai menggunakan sel surya serta kincir angin hibrida untuk energi alternatif," katanya.

Dia juga menyampaikan upaya pemerintah kota dalam menjalankan pengurusan administrasi kota dan pelayanan publik menggunakan sistem daring guna mengurangi penggunaan kertas sekaligus memangkas biaya operasional.

"Cara ini kami nilai sangat efektif. Sebab, selain mengurangi anggaran, juga dapat memudahkan masyarakat mengakses layanan yang mereka butuhkan kapan pun dan di mana pun," ujarnya.

Upaya-upaya pemerintah kota untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga lingkungan, menurut Risma, sudah berhasil menurunkan rata-rata suhu udara kota sampai dua derajat Celsius.

"Bahkan sudah bisa mengurangi daerah banjir dan sekarang tinggal dua persen dari awalnya 50 persen," katanya.

Baca juga:
Wapres: Indonesia dukung inisiasi Aksi Iklim Berbasis Laut
PBB: Ada "celah besar" antara janji dan aksi iklim

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019