Panik apalagi tadi di jam-jam pertama terjadi gempa, listrik sempat padam lama sekali, telepon ataupun internet juga tidak bisa. Sekedar ikhtiar kami mengungsi dulu.
Ambon (ANTARA) - Warga di desa-desa pesisir di Kecamatan Leihitu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, mengungsi ke dataran tinggi karena panik akan isu terjadi tsunami, sehubungan dengan terjadinya gempa bumi berkekuatan 6,8 dan 5,6 magnitudo mengguncang Pulau Ambon, Kamis.

Pantauan Antara, warga Leihitu panik saat gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitudo mengguncang Pulau Ambon, sekitar pukul 08.46 WIT. Mereka berhamburan lari ke luar rumah untuk menyelamatkan diri.

Kuatnya goncangan gempa yang terjadi selama beberapa menit tersebut, membuat warga takut bangunan rumah mereka roboh.

Kepanikan warga semakin meningkat ketika gempa kembali mengguncang pada pukul 09.39 WIT. Gempa susulan berkekuatan 5,6 magnitudo yang terjadi di kedalaman 10 kilometer Timur Laut Ambon membuat berbagai aktivitas warga seketika terhenti.

Kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah setempat juga terpaksa dihentikan, karena para orang tua murid yang panik, menjemput pulang anak-anak mereka.

Baca juga: Gempa Ambon sebabkan kerusakan bangunan dan fasilitas umum

Baca juga: Ambon hadapi 54 kali gempa susulan


Gempa beruntun yang terjadi hanya berselang 52 menit dan terputusnya aliran listrik juga akses telekomunikasi menambah kepanikan warga, sebab tidak bisa mengakses informasi ke luar wilayah dan menghubungi sanak keluarga lainnya.

Warga panik dan ketakutan akan terjadi gempa susulan yang lebih besar dan menyebabkan tsunami. Mereka memilih untuk mengamankan diri dengan berlari mengungsi ke area yang lebih tinggi dan ke hutan di lereng-lereng bukit.

Sebagian warga yang adalah orang-orang tua juga turun ke pantai untuk mengecek pergerakan air laut dan gelombang.

Ny. Ina Laisouw (27), warga Desa Hila mengaku masih tidur saat gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitudo mengoyang Pulau Ambon. Kuatnya goncangan gempa membuat ia panik dan ketakutan.

Ia lantas menggendong anaknya dan berlari ke luar rumah untuk menyelamatkan diri, kemudian memilih mengungsi ke area yang lebih tinggi bersama rombongan warga Desa Hila lainnya.

"Kaget dan langsung terbangun karena gempanya kuat sekali, rumah bergoncang sampai seluruh plafon juga bergetar seperti mau runtuh," katanya.

Kendati rumahnya tidak mengalami kerusakan, Ina masih enggan untuk kembali ke rumah dikarenakan masih ketakutan ada gempa susulan dan bisa menyebabkan tsunami.

"Masih takut ada gempa susulan yang lebih besar dan bisa berakibat tsunami, lebih baik ikhtiar dengan mengungsi dulu dari pada nanti ada apa-apa," ucap Ina.

Baca juga: Kapolsek Baguala : satu penambang terkubur pasir

Baca juga: Dinsos Maluku : tiga warga meninggal akibat gempa magnitudo 6, 8


Sama halnya dengan Ina Laisouw, Min Thi (28), warga Desa Kaitetu mengaku dirinya dan keluarga memilih untuk ikut mengungsi ke daerah yang lebih tinggi karena ikut panik akan terjadi tsunami.

Sebelum mengungsi, Min dan keluarga terlebih dahulu membereskan dokumen-dokumen penting untuk dibawa serta.

"Panik apalagi tadi di jam-jam pertama terjadi gempa, listrik sempat padam lama sekali, telepon ataupun internet juga tidak bisa. Sekedar ikhtiar kami mengungsi dulu," ujar Min.

Kendati situasi sudah mulai terkendali, hingga berita ini diturunkan, sebagian besar warga di Kecamatan Leihitu masih memilih berdiam di area dataran tinggi karena takut ada gempa susulan yang lebih besar dan bisa berakibat tsunami.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ambon Andi Azhar Rudin saat dihubungi mengatakan gempa bumi besar yang mengguncang Pulau Ambon pagi ini tidak berpotensi tsunami.

Gempa pertama berkekuatan 6,8 magnitudo terjadi di 3.38 Lintang Selatan, 128.43 Bujur Timur atau 40 kilometer Timur Laut Ambon, pada kedalaman 10 kilometer.

Sedangkan gempa susulan sebesar 5,6 magnitudo terjadi di 3.36 Lintang Selatan, 128.36 Bujur Timur atau 18 kilometer Timur Laut Ambon, pada kedalaman 10 kilometer.

"Gempanya memang besar tapi tidak berpotensi tsunami, yang harus diantisipasi hanyalah gempa-gempa susulan," katanya.*

Baca juga: Dinsos : Satu dosen IAIN Ambon meninggal akibat gempa

Baca juga: AP I: Bandara Pattimura Ambon beroperasi normal pascagempa 6,8 SR

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019