garam dari Kebumen memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari produksi daerah lain
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong peningkatan kualitas produk garam antara lain dengan meluncurkan program Kampung Garam di berbagai daerah seperti di Desa Mirit Petikusan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP, Sjarief Widjaja, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis, menjelaskan garam dari Kebumen memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari produksi daerah lain.

Menurut dia, hal tersebut dikarenakan air laut yang menjadi bahan baku utamanya masih belum tercemar, di mana kadar natrium klorida (NaCl) mencapai 95,75 persen dan serta dalam kondisi layak konsumsi.

Ia menjelaskan bahwa jika kadar NaCl bisa mencapai 97 persen, maka ke depannya berarti dapat diproduksi menjadi garam industri.

Baca juga: Pemerintah sebut perlu insentif logistik untuk komoditas garam

Sjarief mengemukakan kualitas garam di Kebumen cukup baik karena produksinya menggunakan sistem tunel, yaitu air laut sebelum masuk ke dalam tunel sudah difilter dan di dalamnya dilapisi plastik.

Dengan demikian, lanjutnya, maka hasilnya bisa langsung dipanen dengan kondisi bersih.

Sjarief mengutarakan harapannya dengan adanya produk garam di Kebumen akan dapat mengurangi garam impor. Selain itu, ia juga meminta petani garam Kebumen agar tidak memproduksi garam krosok, yang dijual karungan.

"Garam krosok begitu panen langsung dikarungi sehingga harganya tergantung pasar. Kadang harganya Rp 2.000, kadang turun sampai Rp150-Rp200. Oleh karenanya Kebumen harus memproduksi garam konsumsi yang harganya stabil karena sudah diolah dan dijual langsung ke konsumen," jelasnya.

Saat ini, di Kabupaten Kebumen sudah ada 12 kelompok usaha garam rakyat dengan 150 orang petambak garam yang tersebar di tujuh desa di empat kecamatan yaitu Ambal, Mirit, Puring, dan Klirong.

Baca juga: Kemenko katakan hanya 30 persen garam lokal yang bisa diserap industri

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019