Jakarta (ANTARA) - Sejumlah akademisi Islam mancanegara melalui Konferensi Internasional Tahunan mengenai Studi Keislaman (AICIS) 2019 akan mengkaji fenomena berita bohong (hoaks) di era pascakebenaran (post-truth ) yang sangat bertentangan dengan intelektualitas dan menghancurkan tatanan sosial.

"Kami semua berkepentingan agar studi Islam selalu mengikuti perkembangan zaman dan tidak teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat," kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Konferensi Internasional Tahunan  mengenai Keislaman kali  ini salah satunya akan menyelenggarakan diskusi panel bertajuk "Religion and Philosophy in the Post-truth Age".

Baca juga: Menkumham: Pidana penyiar berita bohong jika timbul keonaran besar

Sejumlah pembicara akan mengisi AICIS antara lain Hans-Christian Günther  dari University of Freiburg, (Jerman), Giuseppina Strumiello dari University of Bari (Italia), Mohammad Reza Hashemi dari Ferdowsi University (Iran) dan Mohd Roslan Mohd Noor dari University of Malaya (Malaysia).

Kamaruddin Amin mengatakan AICIS tahun ini bertema "Digital Islam, Education and Youth: Changing Landscape of Indonesian Islam". Konferensi akan dihadiri sekitar 1.700 akademisi studi Islam pada 1-4 Oktober 2019 di Jakarta.

Adapun fenomena hoaks di era pascakebenaran mengemuka seiring masuknya era digital dan kemudahan akses informasi. Masa baru itu menciptakan bentuk kebenaran opini yang melanda berbagai belahan dunia, termasuk negara-negara Islam.

Baca juga: Facebook rumuskan solusi atasi berita bohong

Di tengah perkembangan media sosial, kemampuan publik untuk membedakan antara kebenaran dan retorika menjadi minimalis yang berpengaruh pada perkembangan masyarakat Islam.

"Indonesia merupakan negara Muslim berpengaruh di dunia dan selalu menjadi kajian utama tentang keislaman dan kultural. Pertemuan ini agar studi Islam di Indonesia dapat lebih berperan dalam menjawab persoalan keislaman dunia," katanya.

Direktur Pendidikan Tinggi Islam Arskal Salim mengatakan tema-tema aktual selalu dibahas dalam forum AICIS.

"Dinamika Islam di era digital juga menjadi salah satu pembahasan utama. Di era digital yang mendisrupsi segala hal, keislaman mendapat terpaan eksesif dari zaman yang berubah," katanya.

Maka dari itu, dia mengatakan memerlukan rasionalitas teologi Islam dalam menghadapi fenomena pascakebenaran.

Baca juga: Menkominfo minta perguruan tinggi siap hadapi perubahan di era digital

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019