Kupang (ANTARA) - Pengamat Politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Yohanes Jimmy Nami mengatakan, mahasiswa yang melakukan aksi demonstrasi harus memperhatikan substansi permasalahan yang ingin diperjuangkan, sehingga tidak terkesan asal demonstrasi.

"Peserta aksi damai RUU KUHP dan revisi UU KPK, perlu menjaga garis ideologi, dengan benar-benar memahami substansi permasalahan yang ingin diperjuangkan," kata Yohanes Jimmy Nami kepada Antara di Kupang, Jumat, terkait demonstrasi mahasiswa yang berujung anarkis.

Pemahaman terhadap substansi permasalahan ini penting karena ternyata, ada mahasiswa yang tidak memahami apa yang sedang diperjuangkan melalui aksi demonstrasi saat in.

"Saya pikir terkait substansi itu penting, karena kemarin kita lihat di televisi, ada beberapa tokoh mahasiswa agak gelagapan juga ketika ditanya substansi apa yang ingin diperjuangkan," katanya.

"Inikan sangat disayangkan, sehingga jangan disalahkan juga ketika ada yang mengatakan demonstrasi mahasiswa ditunggangi atau tidak paham substansi dan lainnya," katanya.

Baca juga: Polri investigasi dugaan kesalahan prosedur pengamanan demo Kendari

Baca juga: KBM UHO berduka, mahasiswa gelar Shalat Ghaib

Baca juga: Pengamat: Aparat harus usut tuntas tertembaknya mahasiswa di Kendari


Menurut dia, aksi demonstrasi turun ke jalan oleh mahasiswa boleh-boleh saja untuk menyuarakan aspirasi, dan dilakukan secara damai.

Hal yang paling penting adalah mahasiswa harus tetap memahami substansi permasalahan yang diperjuangkan, katanya.

"Berbicara tentang idealisme, harus ada muatan atau falsafahnya sehingga tidak terkesan ikut-ikutan, apalagi mahasiswa adalah pihak yang mengawasi jalannya demokrasi," katanya.

Mahasiswa yang menjadi gudang idealisme harus lahir dari satu dapur pergerakan yang dimulai dari penguatan substansi idealisme yang sama, sehingga tidak mudah di pecah-pecah dan terkesan sebagai ajang rebutan panggung gaya politisi.

Jika substansi yang diperjuangkan itu lemah, maka gerakan tidak akan berlangsung lama dan mudah di pecah-pecah oleh kelompok elit, katanya menambahkan.

Pewarta: Katrin LB/Bernadus Tokan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019