Port-Au-Prince (ANTARA) - Polisi Haiti menggunakan tembakan dan gas air mata untuk membubarkan massa yang semakin brutal di ibu kota pada Jumat, menurut saksi mata, saat kemarahan terhadap masalah ekonomi dan politik di negara tersebut mencuat.

Warga Haiti memprotes krisis makanan dan bahan bakar yang meluas, nilai mata uang yang anjlok, inflasi dua digit serta tuduhan korupsi terhadap penjabat publik di negara miskin Karibia itu.

Banyak yang mendesak Presiden Jovenel Moise mundur setelah mereka menganggap dia gagal mengatasi segudang permasalahan. Empat orang tewas akibat bentrokan dalam beberapa hari terakhir.

Aksi protes pada Jumat merupakan salah satu yang terbesar dan paling brutal selama beberapa bulan belakangan, dengan laporan saksi mata bahwa unit khusus Kepolisian Nasional Haiti dijarah dan satu kendaraan polisi dibakar.

Di daerah yang lebih kaya Delmas dan Petion Ville, massa yang marah juga menjarah sejumlah toko, bank dan kantor pengiriman uang, ATM dan juga apotek. Sebuah gedung tak luput dari amukan masa.

Dalam upaya meredakan situasi, Moise pada Kamis mengganti sejumlah pejabat keamanan setelah adanya seruan dari kelompok HAM untuk menyingkirkan mereka, yang dituduh terlibat dalam pembantaian di daerah miskin La Saline di ibu kota.

Moise juga membatalkan pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB pekan ini dan menyampaikan pidato negara yang sangat jarang terjadi.

Sumber: Reuters
Baca juga: PM Haiti mengundurkan diri
Baca juga: Presiden Haiti: Banyak organisasi bantuan sembunyikan kasus skandal seks
Baca juga: Aksi unjuk rasa besar terjadi di Haiti terkait kenaikan pajak
​​​​​​​
Baca juga: PBB akhiri misinya di Haiti

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019