Jakarta (ANTARA) - Pemerintah terus mendorong tumbuhnya industri kimia di dalam negeri agar menjadi sektor penggerak perekonomian nasional, karena berperan penting dalam memasok kebutuhan bahan baku bagi sektor manufakturnya lainnya seperti industri plastik dan industri tekstil.

“Sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0, industri kimia adalah satu dari lima sektor manufaktur yang sedang mendapatkan prioritas pengembangan agar siap mengimplementasikan industri 4.0,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Menperin mengungkapkan, selama ini industri kimia sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa.

“Contohnya kita lihat dari nilai ekspornya, sepanjang periode Januari-Agustus 2019, kelompok industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia ini telah menyumbang hampir 9 miliar dolar AS,” ungkapnya.

Melihat kondisi tersebut, Airlangga menyampaikan, industri kimia kerap kali menjadi tolok ukur tingkat kemajuan bagi suatu negara, selain industri baja.

“Tak heran jika keberadaan industri kimia sering menjadi backbonedari sebagian besar sektor industri di dunia,” imbuhnya.

Berdasarkan karakteristiknya, industri kimia dikategorikan sebagai jenis sektor yang padat modal, padat teknologi, dan lahap energi, sehingga perlu langkah pengembangan yang berkesinambungan di antara para stakeholder.

“Sektor ini membutuhkan banyak asupan energi, sehingga besar kecil tarifnya sangat berpengaruh terhadap daya saing hingga di sektor hilirnya,” ujar Menperin.

Saat ini, produk-produk petrokimia sebagian sudah mampu diproduksi di dalam negeri, seiring dengan peningkatan investasi.

“Beberapa tahun terakhir, pemerintah fokus mendorong investasi besar-besaran di industri petrokimia.

Misalnya, di Cilegon sudah ada dua industri petrokimia, yakni Chandra Asri dan Lotte Chemical, yang total nilai investasinya mencapai 7 miliar dolar AS,” paparnya.

Di samping itu, bakal ada penambahan penanaman modal dalam pengembangan industri petrokimia di Tanah Air, yang berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

“Di sana akan ada pembangunan klaster baru hasil kerja sama Pertamina dengan CPC Taiwan. Jadi, nanti ada perusahaan induk dan beberapa perusahaan hilirnya. Total investasinya sekitar 8 miliar dolar AS,” tuturnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019