London (ANTARA) - Kirana Agustina (30) lulusan S2 di University College London jurusan lingkungan politik dan masyarakat terpilih menjadi perempuan Indonesia pertama yang  mengarungi Samudra Atlantik dalam ekspedisi “Sailing Round the World" dari Inggris menuju Portugal untuk isu yang kini hangat yaitu keberadaan sampah-sampah plastik di lautan.  

“Alhamdulillah, kebetulan Kiran, mendapatkan beasiswa dari badan PBB IMO organisasi maritim Internasional yang bermarkas di London, Inggris," kata Kirana Agustina kepada Antara London, Sabtu.

Putri bungsu dari pasangan Ahmad Dermawan dan Lala Amilatun mengatakan  selama dua minggu  dia mengikuti ekspedisi yang akan berlangsung selama dua tahun yang dibagi dalam 30 trip.

eXXpedition Round the World, nama kegiatan tersebut adalah misi pelayaran dan penelitian oleh semua-perempuan. Ekspedisi  ini akan menempuh pelayaran lebih dari 38.000 mil laut dengan 30 pemberhentian dimulai dan berakhir di Inggris. Kru ekspedisi dari atas kapal SV TravelEdge akan meneliti plastik dan racun yang ada di lautan kita, melalui empat dari lima pusaran samudera dan Arktik.

Kiran yang senang akan perjalanan dan fotografi bersama 30 perempuan dari berbagai kewarganegaraan yang ada di Inggris di antaranya  Brazil, Australia, UK, US, Malta, Ireland, Norway akan melakukan pelayaran yang akan dimulai pada 7 Oktober mendatang.

“Hari ini kita latihan simulasi survival di dalam kelas dan langsung praktek di kolam,” ujarnya dengan penuh semangat.

ujar Kiran yang tidak membayangkan akan mengarungi lautan bersama perempuan dari berbagai disiplin ilmu.

Sebelum ekspedisi digelar akan didahului beberapa acara di antaranya launch summit berkaitan dengan Hari Bahari Internasional (International Maritime Day) dimana tema tahun ini adalah  Pemberdayaan Perempuan di Sektor maritim, juga  eXXpedition Party  pada 28 September malam dan 29 eXXpedition Summit.

Baca juga: Indonesia berkomitmen mengurangi sampah plastik di lautan

Persoalan sampah plastik di laut adalah isu bersama karena sampah di laut tidak memiliki batasan wilayah. Selain belum adanya infrastruktur yang baik dalam pengelolaan sampah, Indonesia, juga banyak mendapatkan sampah kiriman baik sampah yang terbawa arus laut ataupun import sampah dari negara maju, ujar Kiran yang belajar ilmu kelautan di Universitas Padjadjaran.

Diakuinya meskipun demikian status Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang sampah di laut memberikan banyak perubahan dan gerakan positif.

 Kiran, pendiri Europeean Trees and Coral for Indonesia, menuturkan bahwa latar belakang pendidikan Ilmu kelautan memberikan kesadaran baginya akan potensi besar negara Indonesia pada Sumber daya kelautan.

“Banyaknya sampah di sekitar laut Indonesia akan berdampak  pada banyak aspek selain menghambat upaya konservasi, ekonomi negara, bahkan kesehatan generasi mendatang,” ujar Kiran yang fasih berbahasa Turki, Rusia dan Perancis.

Diharapkan dengan kesertaan Kiran dalam ekspedisi ini  dia akan bisa belajar dan melihat langsung permasalahan sampah di laut dan menjadi bagian dari solusi dan membawa solusi nya juga untuk Indonesia tentunya.

Kiran mengatakan proses terpilihnya ia mengikuti ekspedisi berawal pada bulan Juli lalu ketika dia menghadiri kegiatan bertajuk London Ocean Drink yang diadakan eXXpedition dan bertemu dengan Emily Penn - direktur dan salah satu pendiri eXXpedition.

Tidak lama setelah itu Kiran mendapat tawaran untuk ikut dan kesempatan mendapatkan beasiswa dari salah satu lembaga PBB, International Maritime Organization.


“Tidak menyangka, karena cuma mimpi, apalagi biaya untuk ikut ekpedisi per orang cukup besar," kata Kiran yang mengaku  beruntung bis mendapat tawaran beasiswa dari IMO.
Seluruh kru pelayaran ini adalah perempuan berusia 18 sampak 72 tahun. “Jadi misi ini bener-bebar empowering perempuan banget,” ujar Kiran yang mendapat beasiswa belajar di Universitas Tomer, Ankara

eXXpedition adalah organisasi nirlaba yang menjalankan kepeloporan ekspedisi penelitian pelayaran semua-wanita untuk menyelidiki penyebab dan solusi untuk polusi plastik laut.

Didirikan pada tahun 2014 dan telah menjalankan ekspedisi di seluruh dunia. Penelitian ilmiah sebelumnya menyoroti sifat endemik mikroplastik di lingkungan lautan secara global. Fokus kali ini adalah memajukan pemahaman yang lebih baik tentang masalah plastik secara keseluruhan dan untuk bekerja dengan industri menunjukkan solusi dan kebijakan di tingkat global dengan mengatasi kesenjangan pengetahuan dan memberikan bukti untuk menginformasikan solusi yang efektif.

Perjalanan pertama 'Round the World' akan menjadi perjalanan yang menyenangkan dan menantang dimulai dari Plymouth ke Azores.

Rangkaian pelayaran, eXXpedition bermitra dengan University of Plymouth untuk program pelayaran ilmiah ditambah dengan fakta Plymouth digambarkan sebagai 'Kota Samudera Britania' menjadikannya tempat yang tepat untuk menyelipkan garis tambatan pada misi dua tahun di seluruh dunia.

Selama ekspedisi waktunya digunakan untuk mempelajari dan bekerja bersama dengan organisasi lokal untuk melihat beberapa dampak limbah laut di garis pantai AS. Ekspedisi akan menghabiskan kurang dari sembilan hari di laut, berlayar melawan angin lebih dari 1.200 mil laut melintasi Atlantik ke Azores.
Azores adalah gugusan sembilan pulau, yang berasal dari gunung berapi dan titik api karang laut Atlantik timur laut yang terkenal, dengan garis pantai yang dramatis dan terdapat beberapa satwa liar laut dan hasilnya temuan akan disampaikan kepada penduduk setempat sebagai bagian dari program yang dapat terjangkau mereka.

Kiran mengaku bahwa ia ingin meliat Indonesia menjadi negara bahari yang makmur dan anak-anak Indonesia mencinta Laut karena masih sedikit anak Indonesia yang terjun dan focus di Bidang kelautan, ujar Kirana Agustina.  
Baca juga: Ekspedisi Laut Jawa tandai 50 tahun hubungan Indonesia-Singapura
Baca juga: WWF Indonesia gelar ekspedisi konservasi perairan Alor
Baca juga: Kemenhub berkomitmen bersihkan sampah di laut
Baca juga: Masyarakat dunia diminta peduli laut

 

Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019