Karena sibuk bersekolah, Gallang dan kawan-kawan, hanya melakukan proses produksi pada hari libur, yaitu Sabtu dan Minggu.

"Kami hanya mampu memproduksi 40 bungkus Caktadent perbulannya," kata dia.

Untuk modal usaha, Gallang mengaku tidak memerlukan modal karena 100 persen bahan yang digunakan berasal dari olahan limbah, yang biasanya diambil dari restoran seafood.

"Modal yang kami perlukan hanya Rp4.000 itu untuk memesan botol pasta gigi dari online shop, dan Rp2,000 untuk mencetak kotak kemasan di percetakan. Jadi, Rp6.000 untuk satu kotak," kata Gallang.

Terhitung setelah tiga bulan memproduksi Caktadent, Gallang dan teman-temannya rutin menjual 40 bungkus per bulan, yang berarti telah 120 bungkus Caktadent yang terjual.

Caktadent dengan netto 280 gram dijual dengan harga Rp10.000.

"Dari 40 kotak Caktadent tersebut kami memperoleh keuntungan sebesar Rp160.000, dan jika ditotalkan menjadi Rp480.000," ujar dia.

Caktadent pun mendapatkan modal usaha Rp30 juta setelah memenangi program kewirausahaan "Muda Berdaya".

"Akan digunakan untuk membeli mesin-mesin yang mampu membantu kami dalam memproduksi Caktadent, karena sebelumnya sudah ada yang pesan 1.000 kotak tapi kami tidak bisa penuhi," ujar Gallang.

Baca juga: Kenali 7 tahap psikologi konsumen untuk pemilik toko daring

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019