Jakarta (ANTARA) - Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Irfan Syauqi Beik mengatakan pihaknya mengutamakan pendekatan psikologi untuk menanggulangi pengungsi akibat kericuhan di Wamena, Papua.

"Bagaimana kita ringankan beban psikologis pengungsi, ini bisa kita reduksi," kata Irfan dalam jumpa persnya di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan pengungsi Wamena adalah orang-orang yang keluar dari rumahnya itu tentu dalam keadaan terpaksa. Mereka mengalami beban psikologis harus keluar di tengah ancaman terhadap keselamatan jiwa karena kerawanan akibat kericuhan di Wamena.

"Keluar rumah dalam keadaan terpaksa itu beban psikologis," katanya.

Menurut dia, pemulihan trauma terhadap pengungsi penting dilakukan terlepas dari mereka akan kembali ke kampung halaman atau tetap berada di Wamena.

"Upaya 'trauma healing' itu mengembalikan perasaan aman. Apakah mereka kembali atau tidak itu pilihan. Apapun pilihan yang diambil itu, jika masih trauma itu akan ada ekses, bahkan ketika mereka pindah keluar dari Wamena," katanya.

Pelaksana Harian Crisis Center BAZNAS untuk Papua Ahmad Fikri mengatakan salah satu upaya pendekatan psikologis bagi pengungsi Wamena adalah dengan manajemen stres kejadian kritis (critical incident stress management/CISM).

"CISM dilakukan agar tidak ada yang dipendam. Kemudian diceritakan, melakukan sesuatu, mengobrol, bermain keluar. Yang penting apa yang dipendam keluar dari dalam dirinya. Semangatnya kita adalah membangun kembali, menjamin keamanan, pusat dan daerah berdamai kembali, ada kesepakatan damai dan seterusnya," katanya.
Baca juga: Polri: Situasi keamanan Wamena sudah kondusif
Baca juga: Papua Terkini- Rumah Zakat kirim lima tim relawan ke Wamena
Baca juga: Bantu pengungsi Wamena, ACT distribusikan dua ton beras

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019