Oleh Zeynita Gibbons London (ANTARA News) - Gadis manis tinggi semampai itu secara lemah gemulai meliak-liukan badannya yang berbalut baju tari warna kuning saat tampil di acara Festival Televisi Internasional Golden Prague, yang digelar untuk ke-45 kalinya di kota Praha, ibukota Republik Ceko. Dialah Jana Vozabova. Panitia Golden Prague kala itu mengundang pihak Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk melakukan presentasi dalam acara The Evening with the Indonesian Televison yang dimeriahkan dengan menampilkan kesenian tari Bali, dibawakan Jana bersama grup tari Kintari dan gamelan asuhan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Praha. Acara yang mendapat sambutan ratusan insan pertelevisian dunia yang memenuhi gedung Zopin Palace, yang berada di tengah tengah kota Praha. Penampilan Jana bersama rekan rekannya remaja Ceko tampil sangat memukau. Sekretaris I Penerangan, Sosial dan Kebudayaan (Pensosbud) KBRI Praha, Azis Nurwahyudi, mengakui Jana merupakan remaja Ceko yang kreatif dan aktif itu sangat mencintai kebudayaan Indonesia. "Jana banyak memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke masyarakat Ceko melalui berbagai tarian," ujarnya. Azis mengemukakan, Jana sangat peduli dengan pendidikan anak-anak Indonesia. Kepedulian itu diwujudkannya, antara lain secara rutin memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak kurang mampu di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), melalui yayasan yang didirikannya, Yayasan Kintari. Menurut Azis, Jana merupakan salah seorang "buah cinta" dari hubungan kebudayaan Indonesia-Ceko yang makin mesra. Apalagi, dengan ditandatanganinya perjanjian kebudayaan Indonesia dan Ceko yang memasuki usia 50 tahun pada 2008. Diharapkan dengan semakin dekatnya hubungan masyarakat Indonesia dan Ceko, akan semakin banyak Jana Jana atau remaja-remaja Ceko yang mengenal Indonesia dan mencintainya seperti mencintai tanah air sendiri. Jana dalam acara pementasan Teater Mandiri pimpinan Putu Wijaya ikut ambil bagian dalam pementasan di awal kegiatan memperingati acara puncak peringatan 50 tahun Perjanjian Kebudayaan Indonesia-Ceko melalui Yayasan Kintari (Kintari Foundation). Yayasan yang didirikannya itu tidak saja bergerak di bidang kebudayaan dengan mengadakan kursus menari kepada remaja Ceko, tetapi juga membantu anak-anak yang kurang mampu di Lombok. Jana selama ini aktif membantu KBRI Praha, dan tidak pernah menentukan bayaran, ujar Azis. Bahkan, honornya dari KBRI Praha selalu digunakannya untuk memperbesar kegiatan Yayasan Kintari, sehingga lebih mampu membantu anak-anak di Lombok. Ide Yayasan Kintari yang terbaru adalah mengajak kerjasama dengan KBRI Praha untuk membuat suatu Pusat Kebudayaan Indonesia di Praha. Bercerita mengenai awal perkenalannya dengan Indonesia, Jana mengatakan bahwa pertama kali datang ke Indonesia pada 12 tahun yang lalu untuk berlibur, selain juga ingin melihat kebudayaan Indonesia yang dinilainya benar unik dan khusus. "Karena itu, saya ingin waktu itu kembali dan belajar tentang budaya dan seni Indonesia," ujarnya Jana, yang fasih berbahasa Indonesia. Jana mengakui, tertarik belajar menari setelah pada tahun 2004/2005 mendapat beasiswa di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, untuk belajar wayang kulit dan tari. "Saya di Ceko belajar teater juga, karena itu jurusan ini dekat ke jurusan yang saya belajar di Ceko," ujarnya. Menurut Jana, ia memilih Bali karena berupaya belajar tari Bali, agar bisa menari sekaligus drama. "Saya pilih tari karena di Bali tari bukan hanya tari, tapi ada drama di dalam tarian, itu yang saya suka. Cerita yang ada di dalam tarian," ujarnya. Diakuinya, setelah belajar di Indonesia Jana terus menari, dan bahkan sering kali diundang di acara Indonesia yang diadakan KBRI praha. Setiap tahun, Jana selalu ingin kembali lagi ke Bali utuk belajar tari baru. Jana mengemukakan bahwa hampir menguasai seluruh tarian dari Bali yang sangat dinamis itu, dan hanya bisa membawakan dua tari Jawa. Ia berencana akan belajar tari dari Sumatera. "Tahun ini, saya mau belajar juga tari Sumatera," ujar Jana yang banyak belajar dari Ni Gusti Agung Ayu Oka Partini, dosen di ISI Denpasar. Ia menimpali, "Saya juga ikut latihan pribadi sama dia. Dia yang pertama kali memperlihatkan saya apa itu agam, dia guru paling pintar yang saya bertemu." Sementara itu, menurut dia, untuk tari topeng dipelajari dari Pak Sijo dari Bone, yang juga seorang dalang yang amat terkenal di Bali. Bahkan, Jana juga belajar wayang kulit dari Pak Sijo. Jana menyatakan dirinya kini sudah punya grup penari sendiri. "Kami banyak mengisi acara Indonesia di KBRI, dan juga di acara yang tema dari Asia, seperti pada pembukaan pameran atau konser," katanya. Jana dengan grup teaternya juga pernah tampil di Bali Art 2006. Kelompok teater Kintari Performance group ikut dalam acara itu dengan pertunjukan yang dinamakannya "Jalan Tanpa Batas - Mahabharata". Dalam pementasan itu, Jana langsung menjadi direktur dan sekaligus dalang, dan bahkan juga ikut menari. "Pertunjukan campur tari dan wayang kulit. Pakai tari modern dan juga tradisional," ujarnya. Mengenai kepeduliannya akan pendidikan anak-anak yang kurang mampu di Lombok, Jana mengakui bahwa selama di Indonesia juga melakukan perjalanan ke berbagai daerah. "Kalau saya sedang di Indonesia. Saya juga keliling ke banyak pulau, dan saya melihat banyak yang indah, tapi juga banyak yang miskin," ujarnya. Banyak anak yang perlu pergi ke sekolah, tapi tidak bisa, tidak ada uang, sepatu atau harus kerja biar bisa makan. Itu biasanya membuka hati orang lain dan mau bantu, seperti dirinya, kata Jana Untuk itu, ujarnya, dibentuklah Yayasan Kintari yang mempromosikan budaya Indonesia di Ceko, dan dari berbagai acara yang diikutinya bisa mendapat dana untuk membantu anak-anak miskin di Indonesia, khususnya di Lombok. "Kintari Foundation mau memperlihatkan Indonesia di Ceko, dan bantu anak-anak miskin di Indonesia," ujarnya. Jana mengatakan, selalu membeli buku, sepatu dan perlengkapan lain untuk anak-anak, serta berkeliling ke berbagai desa di Lombok Tengah untuk memberikan bantuan. Ia pun pernah membantu mengajar mereka. "Saya berkunjung ke pulau yang belum pernah dikunjungi, dan bertemu dengan banyak orang baru," ujar Jana, saat ditanya kesan istimewanya tentang Indonesia. Ia sudah berkunjung ke semua pulau yang dinilainya terkenal, seperti Jawa, Bali, Sulawesi, Sumbawa, Flores, Komodo, Rinca, Lombok, dan pada Agustus 2008 berencana ke Sumatera. Jana mengakui bahwa sangat suka makanan pedas. Bahkan, ia menyukainya sebelum mengenal Indonesia. Untuk itu, ia mengakui, tidak punya masalah dengan makan yang pedas, terutama masakan gado-gado, cah kangung, nasi campur dan ayam balado. Ia juga mengemukakan, sejak Yayasan Kintari terbentuk, maka banyak teman-temannya sesama pekerja seni, mahasiswa, dan orang Indonesia yang tinggal di Ceko banyak memberikan bantuan untuk yayasannya. Sejak tahun 2006, Jana mulai mengajar tari Bali dan membentuk grup menari tradisional Bali yang berjumlah 12 orang, yang sekarang menjadi penari profesional dan sering tampil di berbagai kesempatan memperkenalkan kesenian Indonesia. Baru pada tahun 2008, ia berani mengajar tarian kepada masyarakat Ceko, dan ruangan bawah di rumah orang tuanya dijadikan sanggar. "Siapa saja bisa ikut belajar," katanya berpromosi. Ia saat ini merasa sedih, karena laman (situs Internet) mengenai Yayasan Kintari yang disiapkannya dicuri orang. "Sampai sekarang kami punya masalah dengan web-page Kintari yang dicuri orang lain, dan terpaksa harus buat baru," ujar Jana, yang juga tengah menyelesaikan skripsinya. (*)

Oleh
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008