Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Forum Rekonsiliasi Masyarakat (Rekat), Eka Gumilar, mengatakan persatuan antar anak bangsa harus terus digelorakan demi keutuhan bangsa dan negara Indonesia serta menjaga Pancasila sebagai simbol negara.

"Di tempat ini kita berkumpul menyuarakan persatuan dan kesatuan," ujar Eka dalam rilis acara dialog bertema "Jaga Bhinneka Tunggal Ika, Siap Bela Negara, Indonesia Rumah Kita" di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Menhan menggelorakan semangat persatuan bangsa

Baca juga: Sejumlah tokoh Yogyakarta gelar aksi damai serukan persatuan bangsa

.
Menurut Eka, pihaknya sudah sering menyuarakan hal serupa karena dirinya tak ingin ada potensi ancaman yang dapat meruntuhkan kebhinnekaan dan Indonesia tidak hanya dihuni satu kelompok saja.

Untuk menjaga persatuan dan kesatuan, Eka mengajak semua pihak mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, Eka berharap nilai-nilai Pancasila dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata masyarakat.

"Rekat akan terus bergerak menyuarakan persatuan. Rekat sudah beberapa kali menggelar acara dan semoga menginspirasi di daerah-daerah lain. Rekat harus mampu melepaskan kepentingan kelompok dan kepentingan bangsa harus diutamakan," katanya.

Selain itu, Eka menyampaikan ada tiga hal yang dapat mempersatukan antar anak bangsa di tengah keberagaman suku, etnis, budaya, dan keyakinan ini, yakni jiwa kehormatan, jiwa cinta dan jiwa yang bermental raja.

Jiwa kehormatan, menurut Eka, adalah jiwa yang memiliki karya, bukan menciptakan perceraiberaian, sementara jiwa cinta menekankan akan persatuan dan kesatuan.

Adapun jiwa yang bermental raja adalah pemimpin yang selalu siap berjuang dan berkorban, tidak hanya materi, tapi juga sang pemimpin demikian siap mengorbankan jiwa kepada rakyatnya.

"Itu nasehat kakek ke saya dan saya ingat dan pelajari. Kakek saya dulunya pejuang," papar Eka yang juga mantan caleg Partai Gerindra ini.

Dialog kebangsaan ini dihadiri Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu, Ustadz Zaitun Rasmin, T Muadzakir Manaf, dan tokoh-tokoh lainnya dari Aceh sampai Papua.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019