Nantinya, Museum Komodo, selain sebagai tempat wisata juga menjadi tempat penelitian para ahli tentang komodo
Kupang (ANTARA) - Pemerintah akan membangun museum sebagai pusat wisata dan penelitian terkait sejarah keberadaan habitat komodo di Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Marius Jelamu kepada Antara di Kupang, Rabu mengatakan, pembangunan museum tersebut terkait rencana pemerintah melakukan penataan terhadap Pulau Komodo sebagai kawasan terkonservasi.

Baca juga: Pulau Komodo batal ditutup, ini tanggapan Asita NTT

Ia menjelaskan, museum yang dibangun dalam lokasi wisata Pulau Komodo itu nantinya berisikan berbagai ragam informasi terkait dengan komodo.

"Museum Komodo akan dilengkapi fasilitas audiovisual tentang proses pengembang biakan Komodo agar wisatawan memiliki pemahaman tentang komodo sebelum melihat secara langsung komodo di alam bebas, karena tidak semua wisatawan memahami tentang proses komodo berkembang biak," tegas Marius Jelamu yang didampingi Kasubag Pers dan Pengelolaan Pendapat Umum Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Valery Guru.

Baca juga: Komodo dan nasib para penghuni Pulau Komodo

Mantan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT ini mengatakan, museum Komodo juga dilengkapi informasi tentang ekosistem dan keragaman hayati yang tersebar di Pulau Komodo.

Baca juga: Curiga ada motif lain, Warga Desa Komodo tolak penutupan Pulau Komodo

Dikatakannya, museum Komodo juga dilengkapi berbagai dokumen-dokumen ilmiah tentang sejarah Komodo hingga destinasi wisata internasional itu ditetapkan sebagai "new seven wondered of nature" di dunia.

"Nantinya, Museum Komodo, selain sebagai tempat wisata juga menjadi tempat penelitian para ahli tentang komodo," uajr dia.

Berbagai hasil riset tentang komodo maupun riset tentang keragaman hayatinya akan tersedia lengkap dalam Museum Komodo. Para peneliti bisa mendapatkan beragam informasi untuk penelitian tentang komodo di museum yang segera dibangun pemerintah, tegas Marius.

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019