Pergerakan harga tomat sayur yang mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut pada Februari-April 2019 kembali terjadi pada periode Juli-September 2019.
Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Kota Manado, Sulawesi Utara, pada Oktober 2019 masih berada di bawah angka rata-rata nasional.

"Memperhatikan perkembangan inflasi hingga Septemner 2019, ke depan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara optimis bahwa tingkat inflasi Sulawesi Utara pada 2019 akan dapat dikendalikan dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,5±1 persen (yoy)," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat di Manado, Kamis.

Dia mengatakan pergerakan harga tomat sayur yang mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut pada Februari-April 2019 kembali terjadi pada periode Juli-September 2019.

Mengambil pelajaran pada perkembangan harga pada Mei dan Juni 2019, ada potensi pembalikan harga (price reversal) tomat sayur pada Oktober-Desember 2019 yang merupakan periode permintaan tinggi akan tomat.

Potensi price reversal tersebut juga terlihat dari pantauan di lapangan yang menunjukkan berkurangnya insentif petani untuk panen di tomat karena harga komoditas tersebut saat ini sudah mencapai titik terendahnya.

Baca juga: BI: Kebutuhan modal awal lembaga kliring derivatif capai Rp400 miliar

Mempertimbangkan potensi risiko tersebut, kata Arbonas, pergerakan harga tomat sayur harus tetap diwaspadai dan menjadi perhatian oleh seluruh instasi/lembaga/dinas terkait terutama memasuki periode permintaan tinggi pada akhir tahun.

Untuk mengantisipasi tekanan inflasi dari pergerakan harga tomat sayur tersebut, perlu dirumuskan langkah-langkah dan strategi yang tepat, khususnya dalam menjaga ketersediaan stok dan kelancaran distribusi demi mendukung keterjangkauan harga di tengah potensi permintaan tinggi pada triwulan IV-2019.

Menilik perkembangan inflasi hingga bulan September, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan bahwa tekanan inflasi Sulut pada Oktober 2019 akan berada pada level yang moderat dengan risiko potensi price reversal komoditas strategis bahan makanan Sulut.

Risiko terbatasnya pasokan komoditas strategis di pasar diperkirakan meningkat seiring berkurangnya insentif bagi petani untuk panen akibat rendahnya harga.

Selain itu, faktor kekeringan yang berlanjut di Sulawesi Utara berpotensi mempengaruhi komoditas sub-kelompok bumbu bumbuan.

Namun demikian, normalisasi komoditas bumbu bumbuan di luar pulau berpotensi mendorong penurunan harga melalui perdagangan antardaerah.

Sementara itu, gangguan cuaca dalam bentuk kekeringan di beberapa sentra produksi berpotensi meningkatkan tekanan inflasi pada komoditas beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Sulawesi Utara.

Oleh karena itu, Operasi Pasar Cadangan Beras Pemerintah (CBP) bersama Bulog dalam rangka Kegiatan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dapat dipertimbangkan untuk dilakukan agar tidak menimbulkan efek terhadap peningkatan harga komoditas-komoditas turunan lainnya pada kemudian hari.

Upaya pengendalian inflasi Sulut akan terus dilakukan oleh Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota se-Sulut.

Mengacu pada Roadmap TPID Sulut yang sudah disahkan oleh Gubernur Sulut, selaku Ketua TPID Provinsi Sulut serta mengacu pada prinsip 4 K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, Komunikasi Efektif), pengendalian harga melalui penguatan koordinasi dan upaya bersama lainnya dilakukan untuk, menjaga ketersediaan pasokan melalui pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah khususnya komoditas strategis.

Kemudian, menjaga keterjangkauan harga dan memastikan kelancaran distribusi melalui sidak pasar secara reguler serta pencanangan penanaman barito (Bawang, Rica, dan Tomat) yang bekerjasama dengan beberapa elemen masyarakat yang dimulai pada bulan Juli 2019 serta (iii) pengelolaan ekspektasi masyarakat dengan perluasan akses informasi harga dan pasokan di pasar.
Baca juga: Menkeu prediksi deflasi September didorong penurunan ongkos produksi

 

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019