Surabaya (ANTARA) - Ribuan pelajar SD dan SMP mengikuti kegiatan tahunan berupa Sekolah Kebangsaan yang digelar di SD Don Bosco, Jalan Tidar, Kota Surabaya, Jatim, Kamis, dalam rangka menyambut Hari Pahlawan 10 November.

"Anak-anak, nenek kakek kita dahulu melawan para penjajah itu hanya bisa menggunakan senjata bambu runcing dan pahlawan kita berhasil, mereka menang," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti saat menjadi guru di Sekolah Kebangsaan.

Pada kesempatan itu, Antiek bercerita tentang perjuangan arek-arek Suroboyo saat melawan penjajah. Kala itu, lanjut dia, mereka hanya berbekal bambu runcing, namun mampu merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Ia menjelaskan, meskipun pada waktu itu para pejuang memiliki keterbatasan senjata, tapi semangat mereka tidak pernah surut. Kekompakan dan keberanian menjadi modal utama arek-arek Suroboyo. "Ayo, bersama-sama menjaga kemerdekaan yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan kita, apalagi saat ini fasilitas sudah memadahi," ujarnya.
Baca juga: UGM akan bentuk sekolah kebangsaan
Baca juga: Wali Kota Surabaya jadi guru sekolah kebangsaan

Menurut dia, saat ini anak-anak sudah cukup memiliki fasilitas yang lebih canggih dibandingkan zaman dahulu. Artinya, mereka akan bisa lebih berjuang dan menjaga bangsa ini khususnya Kota Surabaya untuk semakin maju dan berkembang.

"Sekarang anak-anak memiliki fasilitas yang lebih dan sudah sangat nyaman, sehingga tantangannya pun berbeda untuk itu nilai patriotisme ini tidak boleh meluntur sedikit pun," ujarnya.

Antiek mengatakan Sekolah Kebangsaan tahun ini akan berlangsung di tiga tempat. Menariknya, tiap lokasi yang di tempati, selalu memiliki nilai sejarah tersendiri. "Untuk yang pertama ini kami pilihkan Don Bosco karena dahulu gedung ini adalah gudang persenjataan arek-arek Suroboyo," katanya.

Selain itu, Antiek juga menitipkan pesan dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang ingin sekali berbagi cerita tentang pengalamanan selama menjadi pembicara di forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York dan mendapat gelar Honoris Causa di Busan Korea Selatan.

"Bu Risma kemarin menjadi pembicara di Forum PBB dan setelahnya mendapat gelar dari universitas yang ada di Busan Korea. Apa kalian mau seperti itu," kata Antiek kepada para pelajar.
Baca juga: Mendikbud anjurkan sekolah rutin nyanyikan lagu-lagu kebangsaan
Baca juga: Pakar: sekolah harus tanamkan nasionalisme pada siswa


Kendati demikian, Antiek pun berharap, supaya anak-anak, khususnya pelajat Surabaya bisa terus meningkatkan prestasi dan belajar tanpa henti. "Kalau mau seperti Bu Risma, kalian bisa kalau kalian mau berusaha," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Ikhsan mengatakan, tidak banyak negara yang punya Kota Pahlawan di dunia. Setidaknya, hanya ada lima dan salah satunya adalah Surabaya.

Selaras dengan itu, ia mengatakan bahwa Wali Kota Risma ingin mewariskan kemerdekaan negara ini kepada generasi muda, supaya mereka tidak kehilangan identitas diri melalui kurikulum baru.

"Sesuai dengan arahan ibu (Wali Kota Risma) ingin sekali membangkitkan itu dan saat ini sedang menyiapkan kurikulum untuk penguatan identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang berdaulat," katanya.
Baca juga: Pancasila dan pendidikan kebangsaan diusulkan masuk kurikulum
Baca juga: Pengamat: pendidikan kebangsaan harus ditekankan di sekolah

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019