Sebenarnya kami hidup sangat rukun. Namun, para perusuh yang membuat situasi Wamena menjadi rusak."
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng mengatakan interaksi kehidupan antara warga pendatang dan penduduk asli Papua sudah terbangun harmonis sejak lama.

"Interaksi yang berjalan harmonis itu harus dibangun kembali agar tidak ada perpecahan. Apalagi, masyarakat dari luar Wamena menginginkan untuk segera kembali," kata Rizal Mallarangeng melalui pernyataan tertulisnya, di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Pemerintah jamin keamanan warga di Wamena

Baca juga: Kondisi Wamena mulai kondusif, Mensos imbau warga tidak eksodus

Baca juga: Pedagang Sumbar ingin kembali ke Wamena meski kios telah terbakar


Rizal Mallarangeng mengatakan, sangat menyayangkan adanya informasi hoaks dan isu rasisme yang beredar membuat kehidupan bermasyarakat yang sudah terbangun harmonis sejak lama menjadi rusak karena adanya aksi kerusuhan. "Adanya isu rasisme dan aksi kerusuhan, hal itu diduga kuat dikondisikan oleh pihak-pihak yang ingin memecah-belah bangsa Indonesia

Pada kesempatan tersebut, Rizal mengimbau semua pihak, termasuk warga asli Papua untuk lebih selektif menerima informasi. "Karena kabar bohong yang sengaja diciptakan, maka bisa memunculkan gesekan dan perpecahan," katanya.

Politisi Partai Golkar ini optimistis, warga pendatang yang sudah lama menetap di Wamena akan kembali ke Wamena.

"Saya yakin, warga pendatang yang sudah lama tinggal di Wamena dan sudah menjadi warga lokal akan kembali ke Wamena. Karena selama ini, hubungan antara mereka dengan warga asli sudah sangat kondusif," terangnya.

Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, yang berangsur-asngsur semakin kondusif setelah kerusuhan pada 22 September lalu, membuat sebagian besar warga pendatang yang masih tinggal di pos-pos pengungsian ingin segera kembali ke rumah mereka di Wamena.

Para pendatang, yang sudah 20 tahun tinggal, bekerja, atau membuka usaha di Wamena, menyatakan sebelumnya tidak pernah ada masalah dengan warga asli Papua. Karena itu, mereka yakin akan kembali rukun dan menjalani kehidupan normal seperti sebelumnya.

"Kami saling kenal dan hidup rukun. Karena itu, saya ingin kembali. Bukan hanya ingin meneruskan usaha, tapi juga karena saya yakin mereka juga baik terhadap kami," ujar seorang ibu dua anak yang sudah selama 19 tahun tinggal di Wamena.

Ibu bernama Satria ini mengungsi di Masjid Al Aqsha, Jalan Polres Kota Sentani, Jayapura, yang menyatakan, saat kerusuhan, dirinya diselamatkan oleh warga Papua yang juga menolong warga lainnya untuk bersembunyi ke gereja terdekat di Wamena. "Sebenarnya kami hidup sangat rukun. Namun, para perusuh yang membuat situasi Wamena menjadi rusak," katanya.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019