Baghdad (ANTARA) - Polisi menembaki kelompok pengunjuk rasa di Baghdad pada Jumat setelah tiga hari kerusuhan anti-pemerintah yang mematikan.

Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi mengatakan tidak ada "solusi gaib" yang tersedia, menjamin reformasi tak jelas tampaknya tidak akan mendamaikan Irak.

Baca juga: Irak berlakukan larangan keluar rumah di Baghdad

Hingga kini sedikitnya 27 orang tewas akibat unjuk rasa brutal yang meningkat setiap harinya, menyisir seluruh kota selatan sejak meletus pada Selasa.

Kerusuhan tersebut, yang dipicu oleh buruknya standar hidup dan korupsi, menjadi tantangan besar pertama bagi Abdul Mahdi, yang dilantik tahun lalu atas dukungan partai Syiah yang mendominasi Irak sejak jatuhnya Saddam Hussein pada 2003.

Baca juga: Koalisi AS beri peringatan usai ledakan roket di Baghdad

Kerusuhan juga terjadi pada malam Arbain Syiah, ketika sebanyak 20 juta jemaah diperkirakan berjalan kaki selama beberapa hari melintasi Irak selatan dalam pertemuan tahunan terbesar di dunia, 10 kali lipat ukuran Haji Mekkah.

Ibu kota Irak sebagian besar dalam kondisi tenang menjelang ibadah Shalat Jumat. Pembatasan jam malam yang sedang berlangsung ditentang ribuan pengunjuk rasa pada Kamis, dengan menyaksikan tentara dan pasukan khusus dikerahkan di sekitar pusat alun-alun dan di sejumlah jalan.

Baca juga: Pengunjuk rasa Irak desak Baghdad tidak terlibat konflik AS-Iran

Sumber: Reuters

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019