sejumlah pihak menyatakan bahwa AS bisa disebut sudah mengalami semi-resesi
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat sore melanjutkan penguatan di tengah sentimen perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Terpantau pergerakan rupiah pada Jumat sore ini menguat 38 poin atau 0,27 persen menjadi Rp14.135 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.173 per dolar AS.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat, mengatakan ekonomi Amerika Serikat yang diproyeksikan melambat membuat dolar AS menjadi kurang menarik bagi pelaku pasar, sehingga memicu pelaku pasar beralih ke aset mata uang lain salah satunya rupiah.

"Aktivitas jasa melambat, manufaktur terkontraksi, ditambah perang dagang dengan Uni Eropa sangat berisiko membuat perekonomian AS tersendat, sejumlah pihak menyatakan bahwa AS bisa disebut sudah mengalami semi-resesi," katanya.

Situasi itu, lanjut dia, membuat pelaku pasar juga semakin yakin bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) bakal menerapkan kebijakan moneter longgar dengan menurunkan suku bunga acuan.

Mengutip CME Fedwatch, ia memaparkan, potensi penurunan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5-1,75 persen pada Oktober ini mencapai 90,3 persen.

Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan dalam negeri turut menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Bank Indonesia mencatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan dalam negeri mencapai Rp192,6 triliun sejak awal 2019 hingga 3 Oktober 2019.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.135 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.193 per dolar AS.

Baca juga: BI catat kurs rupiah stabil ditopang modal masuk Rp192 triliun

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019