Yogyakarta (ANTARA) - Manajemen PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) tengah menyiapkan dua opsi untuk melakukan pemisahan (spin off) unit usaha syariah menjadi badan usaha tersendiri.

"Opsi-opsi diperlukan mengingat kita butuh dana Rp4,5 sampai Rp5 triliun sebagai modal BTN Syariah yang tidak mungkin disuntik sepenuhnya oleh BTN selaku induk," kata Direktur Keuangan dan Treasury BTN, Nixon Napitupulu di Yogyakarta, Sabtu, dalam acara gathering dengan wartawan.

Lebih jauh Nixon mengaku, tahun depan rencana spin off UUS akan disampaikan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), setelah itu perseroan memiliki waktu hingga 2023 untuk segera merealisasikan aksi korporasi tersebut.

Nixon menjelaskan dua opsi sedang dikaji untuk melakukan spin off antara lain mengakuisisi bank syariah lain atau merger dengan bank BUMN syariah dan mendirikan anak usaha baru.

"Yang terpenting ada cangkangnya (wadah atau perusahaan) dulu sebagai tempat BTN syariah," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Direktur Consumer Banking Budi Satria menuturkan, rencana spin off (pemisahan) unit usaha syariah (BTN Syariah) menjadi Badan Usaha Syariah (BUS) diyakini bakal mendongkrak kinerja bank yang fokus pada pembiayaan perumahan tersebut.

Budi mengungkapkan, selama ini kinerja unit usaha syariah (UUS) BTN sudah sangat baik, namun karena masih berupa unit usaha sehingga ruang untuk ekspansi sangat terbatas.

"Untuk itu perlu didorong untuk menjadi entitas bisnis yang berdiri sendiri ruang gerak BTN Syariah dalam mengembangkan bisnisnya ke depan akan semakin besar," ujar dia.

Menurut dia, ketika BTN Syariah sudah menjadi perseroan terbatas (PT) dalam hal kebutuhan pembiayaan maka banyak pilihan yang bisa diambil, salah satunya dengan melakukan go public atau penawaran umum saham perdana.

Selain itu, BTN Syariah juga bisa menerbitkan berbagai instrumen produk pasar modal seperti obligasi ataupun kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIKEBA).

“BTN Syariah akan menjadi satu-satunya bank syariah dengan bisnis inti sama dengan induknya, sehingga infrastrukturnya lengkap,” tegas Budi.

Hingga akhir Juni 2019, BTN Syariah mencatatkan pertumbuhan aset di level 19,67% (yoy) menjadi Rp29,17 triliun. Kenaikan aset tersebut disokong peningkatan pembiayaan sebesar 16,54% (yoy) menjadi Rp23,16 triliun per Juni 2019.

Sedangkan, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 18,15% (yoy) menjadi Rp23,03 triliun pada akhir Juni 2019. Dengan capaian kinerja tersebut, per Juni 2019, BTN Syariah meraup laba senilai Rp105,23 miliar.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019