Bandarlampung (ANTARA) - Petugas di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur hingga Minggu (6/10) malam masih melakukan pemadaman api yang membakar lahan berupa padang ilalang dan semak belukar di taman tersebut.

“Sampai dengan pukul 22.00 WIB kemarin petugas masih melakukan pemadaman api, karena ini yang terbakar ilalang dan semak belukar yang kondisinya kering dan petugas harus lebih ekstra untuk memadamkannya,”ujar Humas TNWK, Sukatmoko, saat dihuhungi dari Bandarlampung, Senin.

Ia menduga, kebakaran hutan yang terjadi ini merupakan ulah dari pada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, yang sengaja membakar ilalang dan semak belukar di wilayah TNWK.

Baca juga: Tim patroli temukan titik api hutan Way Kambas

Baca juga: Area hutan di lereng Gunung Sumbing terbakar


Namun ia belum bisa memerinci berapa luas lahan TNWK yang terbakar. Tetapi, tercatat dari Januari sampai September 2019 ini sudah mencapai 729 hektare lahan yang terbakar. Dan data masih akan terus diperbarui setiap hari atau setiap kejadian kebakaran.

“Yang pasti sudah banyak lahan TNWK yang sudah terbakar, jangan sampai ada lahan yang terbakar lagi. Mari kita semua jaga hutan, demi kelangsungan hidup kita bersama,” katanya, sambil menambahkan pihaknya terus berupaya memadamkan api yang membakar lahan taman nasional tersebut.

Sukatmoko menjelaskan, TNWK akan bekerja sama dengan TNI-Polri untuk mencari dan menangkap pelaku dari pembakaran hutan tersebut agar bisa diberikan hukuman serta tidak akan menambah daftar panjang kebakaran hutan di Provinsi Lampung.

Petugas yang memadamkan api juga harus bekerja lebih ekstra, karena jarak sumber air dengan lokasi kebakaran mencapai 5-7 kilometer atau di sumber air milik perusahaan GGP dan sungai yang ada di wilayah berdekatan.

“Jarak air sangat jauh, jadi tim juga kewalahan saat mau memadamkan apinya. Selain itu untuk menuju akses kebakaran juga susah dijangkau oleh tim pemadam,” jelasnya.

Baca juga: Kebakaran lahan di Sampit hanguskan kebun sengon

Pewarta: Triono Subagyo dan Emir FS
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019