Aceh Barat (ANTARA News) - Sekitar 4.000 jiwa warga desa terpencil di Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat yang sebelumnya mengkonsumsi air sungai kini memperoleh suplai air bersih dan sanitasi bantuan dari Badan PBB yang menangani dana anak-anak (Unicef). "Bantuan air bersih dan sanitasi ini, merupakan kepedulian kami terhadap masyarakat yang selama ini sangat membutuhkan air minum," kata Kepala Unicef Meulaboh, Frederic Sizaret di Meulboh, Kabupaten Aceh Barat, Senin. Hal itu disampaikan saat penyerahan proyek air minum dan sanitasi untuk masyarakat di sembilan desa dalam wilayah kecamatan Sungai Mas. Penyerahan proyek air minum dan sanitasi bantuan Unicef bekerjasama dengan International Relief Development (IRD) dengan anggaran sebesar 1,3 juta dolar AS atau senilai Rp13 miliar, Instalasi tersebut di kawasan pegunungan, Desa Tungkop, sekitar 4 kilometer dari pemukiman penduduk. "Terwujudnya proyek air minum ini tidak terlepas dari partisipasi dan dukungan masyarakat yang mendambakan air bersih," kata Frederic Sizaret. Secara umum pengadaan proyek air bersih dan sanitasi tidak hanya didistribusikan untuk kebutuhan warga, namun juga disuplai ke sejumlah sekolah guna memenuhi kebutuhan air bagi murid dan para guru. Geuchik (Kepala Desa) Tungkop, Marzuki Harun, menyatakan, warga desanya menyambut gembira dengan tersedianya air bersih yang langsung didistribusikan dari pegunungan menggunakan tenaga grafitasi. "Warga sangat senang dan sejak tersedianya air bersih, mereka tidak lagi datang ke sungai mengambil air untuk konsumsi, mencucu dan mandi," kata kades Marzuki. Ia menceritakan, sebelum dibangun proyek air minum, warga mengkonsumsi air sungai yang tercemar berbagai kotoran manusia dan hewan. Nurmala, warga Tungkop menyatakan syukur atas bantuan air dari Unicef. "Saya berharap pemerintah kabupaten Aceh Barat memfasilitasi pemasangan pipa langsung ke rumah-rumah penduduk, karena Unicef dan IRD hanya mendistribusikan air sampai ke pipa umum," ujarnya. Bupati Aceh Barat, Ramli MS, menyatakan bersedia membantu penyambungan pipa langsung dari kran umum ke ke rumah-rumah penduduk melalui anggaran pembangunan gampong (desa) sebesar Rp100 juta/tahun. Ia mengharapkan masyarakat menjaga proyek tersebut demi kelangsungan pengadaan air minum. "Yang sangat penting perhatian dari masyarakat, hutan di sekitar sumber air tidak ditebang guna menghindari longsor dan kekeringan," kata Bupatu Ramli MS. Bupati yang turut meninjau langsung proyek air minum di kawasan perbukitan setelah menempuh perjalanan menaiki bukit dan menurun jurang bersama rombongan Unicef dan IRD, memperingatkan warga tidak membabat hutan di sekitar sumber air dan jika masih berlanjut pelakunya akan ditindak tegas. "Ini air kita. Kita yang harus menjaganya dengan cara melindungi hutan dari aksi perambahan dari peladang berpindah dan tikus hutan," tegas Bupati Ramli.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008