Solo (ANTARA News) - Mutu lulusan pascasarjana dari Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia masih lemah, dan kompetensi yang dimiliki lulusan S2 maupuan S3 dari PT di Indonesia juga masih sangat kurang. Karena itu tidak jarang departemen atau lembaga dan perusahaan yang menerima lulusan pascasarjana di Indonesia banyak yang mengeluhkan kualitas dan kemampuannya yang masih lemah, kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Fasli Jalal di sela-sela penandatanganan kerja sama pengembangan pendidikan kedokteran di bidang ilmu Ortopededi dan Traumatologi di Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Dr Soeharso Solo, Selasa. Jadi, katanya, ke depan kualitas pendidikan pascasarjana memang harus lebih baik lagi dalam segi moralitas lulusannya dan juga komitmen terhadap masyarakat harus ditingkatkan, selain itu kelulusan tidak hanya ditentukan oleh dosennya tetapi juga oleh penguji dari luar (exsternal examiner). "Saat ini untuk bisa mendapatkan gelar S2 atau S3 di Indonesia jauh lebih mudah karena tingkat kompetensinya masih kurang. Sehingga hal ini berdampak terhadap mutu lulusannya, karenanya ke depan pendidikan berbasis kompetensi harus lebih dioptimalkan," katanya. Untuk peningkatan mutu lulusan pascasarjana saat ini Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) telah meminta kepada semua PT agar program S2 dan S3 ada penguji dari luar, apapun akreditasi dari PT tersebut. "Semuanya ini dimaksudkan agar bisa meningkatkan mutu lulusan pascasarjana. Untuk itu, kami akan merapikan kembali mutu kompetensinya di antaranya dengan adanya masukan dari penguji asal luar untuk menentukan kelulusan mahasiswa," jelasnya. Sementara itu disinggung pencairan Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM), Fasli Jalal mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih menunggu pendataan yang dilakukan oleh pihak universitas. Jika data sudah dikirimkan ke Departemen Pendidikan maka dana untuk BKM yang saat ini sudah berada di Departemen Keuangan bisa langsung dicairkan. "Kalau data sudah masuk semua, tahun ini bisa dicairkan kepada 400 ribu mahasiswa penerima BKM seluruh perguruan tinggi di Indonesia," katanya. Mengenai masih banyaknya kuota dari universitas yang tidak terpenuhi, Fasli Jalal mengatakan, pihaknya tidak akan memaksa untuk mengambil dan memperbolehkan untuk tidak mengambilnya, dan kuota yang tersisa akan dialihkan ke universitas lain yang lebih membutuhkan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008