Banda Aceh (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menginisiasi sekolah dan madrasah yang aman terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, guna membangun kesiapsiagaan bencana berbasis sekolah serta penguatan kapasitas manajemen sekolah dalam mengurangi korban akibat bencana alam. K​​​​epala Pelaksana BPBA, Sunawardi mengatakan Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang dikhawatirkan terhadap terjadinya bencana. Hal itu disebabkan daerah paling barat Indonesia ini salah satu wilayah yang memiliki sejarah terjadinya bencana terbesar.

Maka, kata dia, inisiasi sekolah dan madrasah aman bencana tersebut perlu dilakukan, untuk tiga kabupaten/kota yakni Banda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Barat.

"Beberapa bencana terjadi menimbulkan bencana baru lainnya (bencana turunan) yang sama-sama memiliki dampak. Aceh tercatat pernah mengalami gempa bumi yang mengakibatkan korban jiwa meninggal dan luka-luka, dan kerugian fisik ekonomi lainnya pada 26 Desember 2004 lalu," katanya di Banda Aceh, Selasa.

Bahkan, kata dia, resiko gempa bumi pada 15 tahun lalu diperparah dengan munculnya tsunami sehingga mengakibatkan sebanyak 166.541 jiwa meninggal, kemudian 1.129 jiwa lukaluka, 6.220 jiwa hilang, dan 322.821 rumah rusak berat, serta 96.576 rumah rusak ringan.

Berdasarkan pencatatan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI), kata dia, gempa bumi dan tsunami pernah terjadi di Aceh sejak tahun 1797, 1891, 1907, 1936, 1964, 1967, 1983, 1990, hingga 1998.

Kemudian juga terjadi pada tahun 2000, 2002, 2003, 2004, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 hingga 2015 dengan memberikan dampak masing-masingnya.

Baca juga: BNPB: Perkuat Program Sekolah Aman Bencana di Sumbar

Sementara itu, Fazli selaku ketua pelaksana Program Pembinaan dan Simulasi Sekolah Madrasah Aman Bencana mengatakan simulasi tingkat SLTP dan sederajat difokuskan di SMPN 11 Banda Aceh, SMPN 1 Baitussalam, Aceh Besar dan SMPN 1 Meulaboh, Aceh Barat selama September dan Oktober 2019.

Dia berharap dapat membangun kesiapsiagaan bencana berbasis sekolah dipusatkan pada penguatan kapasitas manajemen sekolah, guru, dan siswa, guna memberi dampak positif terhadap penumbuhan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan kebijakan pada tiga sekolah yang akan menjadi binaan tersebut.

"Dengan adanya dukungan baik dari dinas pendidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, dan dewan guru di sekolah semakin memperkuat dampak program, khususnya dalam hal pembuatan jalur evakuasi, penyusunan protap kebencanaan, integrasi materi kebencanaan dalam kurikulum, penyediaan media pembelajaran kebencanaan, dan pelaksanaan simulasi atas inisiatif sekolah," katanya.

Baca juga: BPBD Rejang Lebong bentuk sekolah aman bencana
Baca juga: Sleman kukuhkan 30 satuan pendidikan aman bencana


Pewarta: Khalis Surry
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019