Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Colliers International menyatakan bahwa pertumbuhan mal atau pusat perbelanjaan ritel masih berlangsung secara dinamis selama beberapa tahun ke depan, dan diperkirakan 70 persen akan berada di kawasan penunjang Jakarta.

"Total pasok ritel (di Jabodetabek) yang akan beroperasi di 2019-2023 adalah sebanyak 1,2 juta meter persegi, 70 persen akan berada di wilayah Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi)," kata Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, Rabu.

Menurut Ferry Salanto, saat ini pasokan ritel di Jabodetabek masih tetap tumbuh subur di sekitar wilayah ibukota karena mal dinilai masih sebagai sarana ampuh untuk rekreasi.

Baca juga: Sebulan penuh, 14 mal di Bali gelar Festival Kuliner dan Belanja

Selain itu, ujar dia, pertumbuhan infrastruktur dan pembangunan rumah tinggal yang sedang giat dilakukan juga bakal menyebabkan pengembang semakin giat memperluas portofolio mereka ke wilayah Bodetabek.

Ke depannya, Colliers memperkirakan bahwa proyeksi tingkat hunian masih stabil di atas 70 persen, hal itu karena adanya komitmen awal penyewa yang membuat proyeksi tingkat hunian terjaga hingga tiga tahun mendatang.

Namun, lanjutnya, proyeksi tersebut juga diperkirakan bisa menurun akibat tambahan pasokan pusat perbelanjaan yang besar di kawasan Jabodetabek.

Baca juga: Survei tunjukkan mal di Jakarta belum bebas asap rokok

"Pemilik mal akan berpikir untuk menaikkan tarif sewa sejalan dengan proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Ia juga berpendapat bahwa pemilik mal juga akan berhati-hati dalam menetapkan biaya operasional karena proyeksi inflasi pada umumnya akan menjadi dasar bagi pemilik mal untuk menetapkan biaya operasional di masa depan.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Properti Hendro S Gondokusumo mengatakan bahwa pertumbuhan sektor properti diperkirakan akan stagnan di level 3 persen sampai 3,8 persen pada tahun ini hingga 2020.

“Laju pertumbuhan akan stagnan pada kisaran 3 persen sampai 3,8 persen tahun depan,” katanya saat ditemui di Hotel Intercontinental, Jakarta, Rabu (18/9).

Hendro menuturkan meskipun pemerintah telah banyak memberikan insentif agar sektor ini bisa tumbuh lebih tinggi, namun dalam mencetak pertumbuhan tersebut memerlukan waktu untuk masa transmisi dari penerapan aturan, pembangunan, dan penjualan properti.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019