Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah perlu menganggarkan pendidikan sekitar Rp200 triliun lebih untuk menggratiskan biaya sekolah bagi peserta didik mulai SD- perguruan tinggi (PT), kata Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas Fasli Jalal. Dirjen mengemukan hal itu di Jakarta, Kamis, dalam sambutannya pada peluncuran buku "Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita" karya Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Dr Soedijarto, MA dalam memperingati HUT ke-70. Anggaran pendidikan pada APBN 2008 sekitar Rp76 triliun yang baru mampu membebaskan biaya siswa SD-SMP (wajib pelajajar sembilan tahun), dan untuk menggratiskan siswa SMA/SMK memerlukan Rp22 triliun ditambah untuk membebaskan mahasiswa PT sebanyak Rp120 triliun, sehingga total menjadi Rp208 triliun. Menurut Fasli, pemerintah terus meningkatan mutu pendidikan dengan menambah anggaran yang cukup, melaksanakan sertifikasi bagi 1,8 juta guru SD-SMA yang belum lulus S-1, agar memiliki keterampilan setara S-1 dan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan mulai SD-PT. Dengan demikian, katanya, lulusan pendidikan di Indonesia memiliki kualitas SDM setara dengan negara lain dan mampu bersaing di dunia internasional. Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas St Sularto dalam sambutannya mengatakan, Penerbit Buku Kompas merasa terhormat dipercaya menerbitkan buku karya Prof Dr Soedijarto, MA, seorang pakar praktisi pendidikan yang menempatkan praksis pendidikan sebagai bagian dari usaha sepanjang hayat yang memerlukan keputusan politis. "Semasa menjadi anggota MPR (1999-2004) Prof Soedijarto berjasa menggolkan keputusan politis 20 persen dari APBN untuk anggaran pendidikan yang dilandasai semangat 'tidak asal beda dengan pemerintah'," katanya. Dengan demikian, keterlibatan Prof Sudijarto yang pernah mejabat Ketua Badan Akreditasi Sekolah Nasional Depdiknas (2003-2006), Dirjen Diklusepora Depdikbud (1991-1999), Kapus Kurikulum Depdikbud (1975-1981) itu dalam praksis pendidikan dan politis di Indonesia dinilai cukup panjang dan intens. Sementara itu, Prof Sudijarto dalam bukunya mempertanyakan sistem pendidikan nasional (sisdiknas) seperti apa yang dapat berfungsi menunjang pembangunan bangsa?. Dia berpendapat, yang menentukan kemampuan sisdiknas suatu negara menghasilkan manusia berpendidikan yang mampu mendukung lahirnya negara bangsa yang kuat. Selain itu, mutu pembelajaran yang bermakna bagi pembudayaan kemampuan, nilai, dan sikap adalah manajemen dan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan nasional, katanya. Rektor UNJ Dr Bedjo Sujanto menilai buku itu berisi refleksi penulis yang selama 40 menggeluti dunia pendidikan sebagai pendidik, ilmuwan, birokrat dan dirinya menekankan kesejahteraan dapat berjalan seiring dengan tingkat kecerdasan masyarakat yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Prof Sudijarto yan lahir di Pemalang, Jateng, 17 Juli 1938 itu menyelesaikan sarjana pendidikan dari FKIP Unpad Bandung 1962, Master of Arts bidang Kurikurlum dari University California, AS 1971, dan doktor dari IKIP Bandung 1981. Buku yang telah diterbitkan, antara lain Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu (1989), Memantapkan Sisdiknas (1991) dan Pendidikan Nasional sebagai Transformasi Budaya (2003). (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008