Medan (ANTARA News) - Vietnam semakin menjadi ancaman bagi perkopian Indonesia sehingga harus menjadi perhatian serius pemerintah, eksportir maupun Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI). "Produksi kopi Vietnam terus meningkat pesat dengan ekspansinya pengusaha negara itu ke Kamboja membuka kebun kopi dengan dukungan dari pemerintahnya melalui berbagai kemudahan yang diberikan, sementara pertumbuhan areal tanaman kopi di dalam negeri masih jauh dari yang diharapkan," kata Ketua AEKI Pusat, Hassan Widjaja, di Medan, Kamis. Akibat produksi yang belum tumbuh maksimal itu, Indonesia akhirnya tergantung juga dengan kopi impor termasuk dari Vietnam untuk memenuhi kontrak ekspor para eksportir. Tahun lalu impor kopi Indonesia sekitar 80 ribu ton, karena produksi yang hanya sekitar 400 ribu ton tidak mencukupi permintaan ekspor, mengingat kopi untuk kebutuhan konsumsi di dalam negeri juga bertambah besar atau sekitar 200 ribu ton. Dengan kondisi seperti itu, tidak tertutup pasar ekspor Indonesia khususnya jenis robusta bisa direbut Vietnam, meski rasa kopi Indonesia masih lebih disukai pembeli karena khas. "Pemerintah diminta membantu petani untuk mengembangkan tanaman kopi dengan memberikan bantuan modal atau memberi bibit berkualitas bagus secara gratis termasuk membantu eksportir biji kopi dan produk instan lainnya dalam meningkatkan pasar ekspornya," kata Hassan. Menurut dia, pasar potensial ekspor kopi Indonesia antara lain ke China yang dewasa ini pertumbuhan ekonominya semakin pesat dengan jumlah penduduk yang lumayan banyak. Potensialnya pasar di China itu, kata Hasan yang mantan Ketua AEKI Sumut, terlihat dari terus meningkatnya ekspor biji maupun produk jadi kopi itu ke "negara tirai bambu" tersebut. Tahun 2007 ekspor kopi Indonesia ke China jenis robusta mencapai 1.136 ton, arabika 365 ton dan produk jadi kopi sebanyak 392 ton. "Selain China, ekspor kopi ke Taiwan juga cukup potensial, dimana tahun lalu juga sudah masing-masing sebanyak 1.540 ton jenis robusta, 1.330 ton arabika dan instan 552 ton," katanya. Sebelumnya, Atase Perdagangan RI di China, Imbang Listiyadi, di Medan, Rabu (23/7), mengatakan, peluang ekspor ke China semakin besar karena negara itu melalui Asean-China Free Trade Agreement menurunkan Bea Masuk (BM) produk Indonesia hingga 5 persen untuk semua komoditas dari sekitar 20 persen sebelumnya. Penurunan BM produk Indonesia ke China itu sendiri sudah langsung berdampak positif dengan terdongkraknya ekspor Indonesia ke China pada Januari-Mei 2008 sebesar 33,68 persen atau menjadi 6,71 miliar dolar AS. "Pasar China sangat potensial, terlebih untuk produk-produk perkebunan seperti karet, CPO, kopi dan juga produk hasil laut," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008