Pekanbaru (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) menyulap 10 hektare lahan gambut yang terbakar hebat pada awal tahun ini menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat Terkul, Pulau Rupat, sebuah pulau yang berada di Kabupaten Bengkalis, Riau dan berbatasan langsung dengan negeri jiran Malaysia.

"Saat ini kami tengah mengupayakan menanam nanas di lahan bekas terbakar ini. Untuk tahap awal sekitar 10 hektare. Nanas menurut kami yang paling cocok di lahan gambut," kata Ilyas, ketua kelompok masyarakat Tani Bunga Raya kepada ANTARA di Pulau Rupat, Bengkalis, Kamis.

Pulau Rupat secara geografis berlokasi di bibir Selat Malaka, dan memiliki jarak yang cukup dekat dengan negara tetangga, Malaysia. Kelurahan Terkul, Pulau Rupat pada Januari hingga Februari 2019 mengalami kebakaran hebat. Kabut asap pekat sempat menyelimuti wilayah itu, meski beruntung tidak sempat ekspor asap ke negara tetangga.

Ilyas mengatakan sekitar 300 hektare lahan gambut di wilayah itu luluh lantak dihajar api hingga membuat Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian memimpin langsung upaya penanganannya. Lahan gambut yang terbakar sebagian telah ditanami perkebunan sawit dengan usia produktif.

Setelah penanggulangannya selesai, BRG kemudian menurunkan tim untuk mengkaji upaya pemulihan atau restorasi gambut, selain mencegah bencana serupa terulang kembali.

Salah satu program yang dijalankan adalah revitalisasi ekonomi di lahan bekas terbakar itu. BRG menginisiasi budi daya nanas di lahan gambut rentan terbakar itu, setelah sebelumnya melaksanakan upaya rewetting atau pembasahan dengan membangun sekat kanal.

Ilyas menjadi salah satu penggerak kegiatan revitalisasi ekonomi yang dimotori BRG. Dia tergabung dalam kelompok masyarakat Tani Bunga Raya, beranggotakan 23 orang laki-laki dan dua wanita.

Mereka yang tergabung dalam kelompok itu beberapa orang di antaranya merupakan pemilik perkebunan sawit yang sempat terbakar. Mereka semua kemudian mengantongi kata sepakat untuk membudidayakan nanas sebagai gantinya.

Ilyas mengaku memiliki program panjang di lahan marjinal yang kini diharapkan menjadi mata pendapatan baru masyarakat setempat. Selain budi daya, dia juga memimpikan akan menjadikan areal gambut bekas terbakar yang masih menyisakan kayu menghitam itu sebagai lokasi wisata tani atau agrowisata.

Kini, sedikitnya, 130 ribu bibit nanas madu telah ditanam di lahan itu secara gotong royong. Ilyas dan rekan-rekannya tengah berusaha menjaga komoditas nanas agar tumbuh dan berbuah dengan baik.

"Setiap satu tanaman nanas bisa menghasilkan dua kilogram untuk satu kali panen. Bisa dikalikan jumlah bibit yang kita tanam," ujarnya sumringah.

Akan tetapi, dia mengatakan kegiatan budi daya nanas dan rencana turunannya masih menyisakan sejumlah masalah. Terutama kegiatan pascapanen.

Lokasi lahan budi daya yang berada jauh di dalam areal terpencil dan masuk ke dalam perkebunan kini tidak dilengkapi dengan jaringan infrastruktur jalan yang memadai. Saat musim hujan tiba, maka akan mustahil hasil panen dibawa keluar dan tak menutup kemungkinan usaha yang dirintis menjadi sia-sia.

"Kami berharap pemerintah bisa membangun jalan, minimal dasar seperti kerikil," harapnya.

Kepala Bappeda Bengkalis Yuhelmi saat mendampingi kunjungan kerja Kepala BRG Nazir Foead mengatakan, pihaknya akan memprioritaskan pembangunan infrastruktur di wilayah itu. Dia mengakui jika pemerintah Bengkalis sangat terbantu dengan program yang dijalankan BRG, terutama dalam mengatasi dan mencegah kebakaran lahan di Rupat.

"Kami sangat mengapresiasi BRG dalam memanfaatkan lahan terbakar. Infrastruktur di sini akan menjadi atensi kami. Namun yang perlu diketahui bahwa pembangunan dimulai dari bawah. Musyawarah lurah untuk kemudian diajukan ke atas. Kami menunggu itu," ujarnya.


Intensifkan restorasi gambut di pulau terluar

Pada 2019 ini, BRG menyatakan akan terus mengintensifkan upaya pemulihan lahan gambut di wilayah terluar, terutama yang berbatasan dengan negara tetangga. Salah satunya adalah Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, yang merupakan pulau terdepan di wilayah barat Indonesia.

"BRG berkomitmen untuk mengintensifkan upaya restorasi gambut terutama diwilayah gambut terdepan yang berdekatan dengan Negara tetangga. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Pulau Rupat di Riau," kata Kepala BRG Nazir Foead dalam kunjungan kerjanya ke Pulau Rupat.

Dia mengatakan BRG melaksanakan tiga program pemulihan gambut di Pulau Rupat, yang pada awal tahun ini luluh lantak dihajar kebakaran hutan dan lahan hingga menghanguskan ratusan hektare.

Ketiga program itu yaitu rewetting (pembasahan gambut rusak), revegetation (revegetasi) dan revitalization (revitalisasi ekonomi).

"Ketiga program itu dilaksanakan secara bersamaan untuk mempercepat upaya restorasi dari segala aspek di daerah ini.” ujarnya.

Ia mengklaim BRG telah menutup 25 hektare lahan gambut bekas terbakar yang berada di Pulau Rupat dengan pola penanaman maksimal yang dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat setempat.

Menurut Nazir, revegetasi merupakan salah satu upaya BRG untuk memulihkan lahan gambut melalui penanaman benih endemik dan adaptif pada
lahan gambut terbuka. Pengayaan penanaman pada kawasan hutan gambut terdegradasi, serta peningkatan dan penerapan teknik agen penyebar benih untuk mendorong regenerasi vegetasi dan mengembalikan fungsi gambut.

Pada tahun 2019 ini, BRG juga terus melakukan pembangunan infrastruktur pembasahan gambut dengan membangun sebanyak 76 unit sekat kanal di Pulau Rupat.  tersebar di Desa Pergam (21 unit), Desa Sri Tanjung (20 unit), Desa Sukarjo Mesim (11 unit), Desa Teluk Lecah (13 unit), dan Desa Terkul (11 unit).

Pembangunan sekat kanal tersebut dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat yakni Pokmas Binaan Khusus di Desa Pergam, Pokmas Tanjung Permata Gambut di Desa Sri Tanjung, Pokmas KMPG Mastari Jaya di Desa Sukarjo Mesim, Pokmas Mulia Jaya di Desa Teluk Lecah, Pokmas Harapan Baru di Desa Terkul, Pokmas Mandiri di Desa Pergam dan Pokmas Tanjung Makmur di Desa Sri Tanjung.

Infrastruktur yang dibangun oleh BRG untuk merestorasi gambut juga dibarengi dengan program revitalisasi ekonomi kepada masyarakat sekitar ekosistem gambut.

“Selain untuk memulihkan lahan bekas terbakar, revitalisasi ekonomi berfungsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat,” tambah Nazir.

Program revitalisasi ekonomi dilakukan dalam bentuk budidaya nanas di Kelurahan Terkul Pokmas Tani Bunga Raya, pengadaan peralatan pengolahan kerupuk ikan dan udang di Desa Sri Tanjung Pokmas Bina Mandiri.

Selanjutnya pengadaan peralatan pengolahan buah nanas di Desa Sri Tanjung Pokmas Tanjung Berseri, budidaya ternak sapi di Desa Sukarjo Mesim Mesim Maju Jaya.

Selain itu, revitalisasi ekonomi juga mencakup pengolahan ikan menjadi kerupuk ikan di Desa Teluk Lencah Kerupuk Lestari, pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk di Desa Teluk Lencah Telajak Laris, usaha ternak ayam potong di Desa Pergam Ternak Bina Bersama, dan budi daya ternak kambing di Desa Parit Kebumen Berkah Bersama.

Secara keseluruhan, sepanjang 2019 ini BRG menargetkan pembangunan 303 unit sekat kanal dan 400 sumur bor sebagai upaya untuk merestorasi lahan gambut di seluruh Riau.

Selain itu, BRG juga memprioritaskan revegetasi 120 hektare lahan di Kabupaten Siak, Indragiri Hulu, Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hilir, Kota Dumai dan Kampar. BRG turut menargetkan pembentukan 55 paket revitalisasi ekonomi masyarakat di Provinsi Riau.

Sementara itu, capaian upaya restorasi gambut di tahun 2018 telah dilakukan BRG dengan membangun 816 sekat kanal, 325 sumur bor, revegetasi 120 hektare lahan dan 35 paket revitalisasi ekonomi masyarakat. Capaian tersebut dilakukan di Kabupaten Siak, Bengkalis, Indragiri Hilir, Rokan Hilir, Pelalawan dan Kepulauan Meranti.

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019