New York (ANTARA) - Harga minyak dunia menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena pasar tetap berharap bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) berpotensi mengurangi produksinya untuk menjaga stabilitas pasar minyak mentah global.

Patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November menguat 0,96 dolar AS, menjadi 53,55 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember naik 0,78 dolar AS menjadi ditutup pada 59,10 dolar AS per barel pada London ICE Futures Exchange.

Baca juga: Harga minyak bervariasi saat stok AS naik dan ketegangan Timur Tengah

OPEC dan sekutu-sekutunya termasuk Rusia akan membuat "keputusan yang akan menempatkan kami pada jalur peningkatan dan stabilitas berkelanjutan untuk 2020" pada pertemuan pada Desember, kata Mohammad Barkindo, sekretaris jenderal OPEC, Kamis (10/10/2019), seperti dikutip Reuters.

Terlebih lagi, produksi minyak mentah dari OPEC akan mencapai rata-rata 29,6 juta barel per hari (bph) pada 2020, turun 2,3 juta barel per hari dari 2018, menurut laporan yang dirilis Selasa (8/10/2019) oleh Badan Informasi Energi AS (EIA).

Dalam Prospek Energi Jangka Pendek Oktober, EIA juga memperkirakan bahwa rata-rata tahunan produksi minyak mentah OPEC akan mencapai 29,8 juta barel per hari pada 2019, turun 2,1 juta barel dari 2018.

Baca juga: Harga minyak lanjutkan penurunan, produksi minyak OPEC merosot

Di sisi lain, EIA memperkirakan bahwa produksi minyak mentah AS akan meningkat di setiap bulan yang tersisa di 2019, dan pada akhirnya mencapai 13,0 juta barel per hari pada Desember 2019.

EIA juga memperkirakan produksi minyak mentah AS mencapai rata-rata 12,3 juta barel per hari pada 2019 dan 13,2 juta barel per hari pada 2020.

Investor juga terus mengawasi perkembangan terbaru dari ketegangan militer di Timur Tengah, yang memicu kekhawatiran atas produksi minyak mentah di wilayah tersebut.

Turki secara resmi memulai operasi militernya untuk menumpas pasukan Kurdi di Suriah utara pada Rabu (9/10/2019), dan menyebabkan gelombang besar pengungsian di tengah kecaman pemerintah Suriah.

Baca juga: Harga minyak "rebound," dipicu penurunan rig dan data tenaga kerja AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019