Saya dulu tidak tahu ternyata birokrasi dan prosedurnya sangat berat, sehingga dalam jangka waktu empat tahun hanya bisa terbangun 7 politeknik.
Jakarta (ANTARA) - Dalam sejumlah kesempatan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan ingin merekrut lulusan perguruan tinggi yang memperoleh predikat cum laude sebagai upaya memperbaiki kualitas pegawai negeri sipil (PNS).

Pernyataan tersebut adalah salah satu indikasi bahwa Menteri Susi sangat menekankan nilai pendidikan, selaras dengan visi Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Dalam peresmian 16 kegiatan prioritas pembangunan bidang kelautan dan perikanan yang dilakukan di Muara Baru, Jakarta, Kamis (10/10), Menteri Susi juga menyatakan bahwa politeknik yang ada di bawah KKP harus sesuai dengan dengan misi Presiden Joko Widodo untuk membangun SDM yang hebat, andal, dan bisa berkompetisi menuju Industri 4.0.

Beberapa politeknik yang termasuk dalam kegiatan prioritas pembangunan sektor kelautan dan perikanan nasional adalah Politeknik Bone (Sulawesi Selatan), Politeknik Kupang (Nusa Tenggara Timur), Politeknik Jembrana (Bali), dan Politeknik Pangandaran (Jawa Barat).

Kepada wartawan Susi menyampaikan bahwa saat awal menjadi menteri, dirinya mencanangkan ingin membangun hingga 10 politeknik per tahun.

"Saya dulu tidak tahu ternyata birokrasi dan prosedurnya sangat berat, sehingga dalam jangka waktu empat tahun hanya bisa terbangun 7 politeknik," katanya.

Baca juga: Menkeu: Kualitas SDM turunkan peringkat daya saing global Indonesia


Menurut dia, semua sumber daya alam yang tersedia secara melimpah di Nusantara bila tidak dikelola oleh SDM dengan benar, nilai jual produksinya juga tidak akan maksimal.

Menteri Kelautan dan Perikanan mengutarakan harapannya agar paling tidak bisa terbangun hingga paling tidak sebanyak 5 politeknik per tahun.


Sistem akselerasi
Saat ini Susi juga mengungkapkan bahwa KKP membuat sistem akselerasi atau percepatan sehingga pegawai muda yang baru dan berkualitas dapat naik tingkat dengan baik dan cepat.

Langkah tersebut dinilai juga akan memperbaiki kinerja KKP dalam melakukan pembenahan atau reformasi sektor kelautan dan perikanan nasional.

"Saya belajar bahwa bekerja di perusahaan sendiri dan di pemerintah berbeda," ucap Menteri Susi.

Dalam meningkatkan nilai pendidikan tersebut, KKP juga telah bekerja sama antara lain dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memperkuat penelitian, riset, hingga peningkatan SDM sektor kelautan.

Susi menjelaskan bahwa persaingan kualitas SDM ini menjadi penentu Indonesia dalam memenangi persaingan global.

Baca juga: Wapres: Peningkatan SDM nelayan dorong penjagaan ekosistem laut

Peningkatan SDM, kata dia, tidak cukup dengan membangun banyak lembaga pendidikan, seperti universitas, politeknik hingga lembaga riset, tanpa didukung asupan protein.

Menurut dia, peningkatan SDM juga harus didukung dengan asupan protein, termasuk omega yang akan berpengaruh terhadap intelegensi manusia. Apalagi, omega dari protein ikan berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbarui.

Selain peningkatan kapasitas SDM, LIPI dan KKP juga akan melakukan pertukaran dan pemanfaatan data serta informasi, sarana, dan prasarana.


Eksplorasi perairan
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko menambahkan kapal riset nasional akan digunakan untuk mengeksplorasi seluruh area kelautan dan perairan Indonesia.  LIPI akan memetakan dan meletakkan sensor untuk mitigasi bencana seperti gempa bumi dan tsunami.

KKP juga mendorong lembaga pendidikan di bidang kelautan dan perikanan dapat melahirkan wirausaha perikanan yang dapat membantu mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.

"Salah satu tantangan bagi lembaga pendidikan tidak lagi seberapa banyak lulusan lembaga pendidikan di dunia kerja bidang kelautan dan perikanan tetapi berapa yang menjadi wirausaha di bidang kelautan dan perikanan," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam pelantikan sejumlah pimpinan lembaga pendidikan tinggi di lingkup BRSDM di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sjarief Widjaja menyampaikan kepada para pejabat yang baru dilantik bahwa tantangan di dunia pendidikan tidak mudah, apalagi pendidikan vokasi dengan sistem asrama.

Hal itu, ujar dia, karena selain dituntut meningkatkan kompetensi peserta didik juga mendapat amanah dari orang tua/wali untuk menjaga anak-anak mereka 24 jam.

"Oleh karena bapak dan ibu yang bekerja di lembaga pendidikan harus bekerja dengan ikhlas agar tanggung jawab yang besar ini tidak dianggap sebagai beban tetapi sebagai ladang amal ibadah," ucap Sjarief Widjaja.

Dalam menghadapi persaingan global, lanjut Sjarief, setiap insan pendidikan harus memiliki kreativitas, inovasi, dan kecepatan.

Cara-cara lama yang tidak kompetitif juga harus ditinggalkan, dan diubah dengan mengadopsi cara baru yang lebih baik dengan terobosan dan lompatan.


Berhati Pancasila
Lebih lanjut dikatakan bahwa BRSDM memerlukan sumber daya manusia (SDM) unggul yang berhati Indonesia, berideologi Pancasila, yang toleran, yang berakhlak mulia, yang terus belajar, bekerja keras, dan berdedikasi.

Ia juga mengemukakan bahwa pendidikan vokasi dan pelatihan yang diselenggarakan oleh KKP harus berkualitas, serta dapat memenuhi kebutuhan industri kelautan dan perikanan, yang didukung dengan semakin kuatnya sistem penyuluhan di bidang kelautan dan perikanan.

Sebelumnya Sjarief juga mengemukakan bahwa dengan semakin banyak politeknik tersebut, akan menjaring lebih banyak lagi SDM kelautan dan perikanan yang kompeten di berbagai wilayah Indonesia.

Apalagi, Sjarief mengingatkan saat ini Indonesia tengah memasuki era pasar bebas di lingkup ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), serta begitu pula dengan era Revolusi Industri 4.0.

"Era ini menghadirkan persaingan yang sengit dan kompetitif antara negara-negara di Asia Tenggara dalam segala bidang. Untuk memenangi persaingan tersebut, Indonesia harus memaksimalkan potensi sumber daya manusianya," ucapnya.

Selaras dengan program pemerintah, Ia juga menekankan pentingnya pembangunan SDM pada era industri 4.0 yang kerap didengungkan oleh pemerintah. Riset yang ada bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peneliti, menciptakan inovasi serta meningkatkan daya saing.


Cetak profesor
Terkait dengan pengembangan SDM, Sjarief mendorong Pusriskan (Pusat Riset Perikanan) dapat mencetak doktor dan profesor melalui beasiswa pendidikan agar dapat menjawab tantangan dalam dunia riset dan inovasi.

Selain itu, Sjarief juga mengajak berbagai pemangku kepentingan termasuk pelaku usaha perikanan untuk memanfaatkan data Balai Riset Observasi Laut (BROL) melalui Sistem Prediksi Informasi Kelautan (Sidik).

Menurut Sjarief, dalam rangka memberikan pelayan pada masyarakat, butuh masukan agar data yang dimiliki BROL sempurna, serta data yang disajikan sudah tepat dengan kebutuhan pengguna.

Di samping itu, ujar dia, pihaknya juga mendorong BROL untuk meningkatkan data dan pengguna Sidik dengan melakukan roadshow ke berbagai instansi.

Sementara itu, Kepala BROL I Nyoman Radiarta menyampaikan bahwa respons balik terhadap penggunaan data dan informasi hasil riset BROL oleh stakeholders atau pengguna data menjadi ide pokok dalam pengembangannya di kemudian hari.

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan, Abdul Halim, mengemukakan perlunya kiprah alumnus politeknik kelautan dan perikanan untuk lebih menonjol dan cemerlang di tingkat nasional guna meningkatkan semangat kemaritiman Nusantara.

Baca juga: Menteri Susi gandeng LIPI perkuat riset dan SDM kelautan

Abdul Halim menyatakan, pada saat ini kiprah mereka terasa belum terlalu menonjol karena kurang banyak diberikan kesempatan selain menjadi birokrat.

Ia juga menyoroti pernyataan bahwa dengan semakin banyaknya politeknik kelautan dan perikanan, juga diperkirakan dapat menjamin peningkatan mutu SDM bidang kelautan dan perikanan. "Tercapainya tujuan tersebut bergantung kepada seberapa termanfaatkannya alumnus politeknik di usaha perikanan nasional," katanya.

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019