Washington (ANTARA) - Boeing Co mengatakan, Kamis (10/10), perusahaan-perusahaan penerbangan telah melakukan inspeksi terhadap 810 jet Boeing 737 NG di seluruh dunia dan menemukan ada 38 retakan struktural yang mengharuskan ada perbaikan dan bagian yang terkena dampak untuk diganti.

Pesawat-pesawat itu telah dikandangkan sampai selesai diperbaiki, kata Boeing dan beberapa pejabat maskapai penerbangan.

Hampir lima persen hasil pemeriksaan menemukan ada retakan di sebuah "garpu", yaitu bagian yang menempelkan badan pesawat ke susunan sayap dan yang mengatur kekuatan.

Pesawat 737 NG adalah jenis 737 generasi ketiga dan versi yang dikeluarkan sebelum 737 MAX --yang saat ini dilarang terbang. Jenis 737 MAX tidak mengalami masalah keretakan.

Pada Rabu, Southwest Airlines Co dan Gol Linhas Aereas Brazil mengandangkan sedikitnya 13 pesawat 737 NG setelah badan pengatur penerbangan AS memerintahkan agar pemeriksaan segera dilakukan dengan teliti.

Baca juga: AS undang pilot Boeing 737 MAX seluruh dunia untuk uji simulator

Badan pengatur tersebut, FAA (Federal Aviation Administration), pekan lalu meminta para pengguna pesawat untuk memeriksa secara seksama 165 pesawat jenis 737 NG keluaran lebih lama untuk mencari kemungkinan ada retakan.
Baca juga: Uji terbang pesawat Lion Air Boeing 737-800 NG di Samarinda berjalan mulus

Juru bicara Southwest Brandy King mengatakan bahwa, dari sedikitnya 200 pesawat yang kerap digunakan, ditemukan ada dua pesawat yang mengalami keretakan. Kedua pesawat itu sudah dikandangkan.

Brandy menolak mengatakan apakah retakan-retakan itu ditemukan di pesawat lainnya.

"Kami tidak punya kerangka waktu soal kapan pesawat-pesawat itu bisa kembali beroperasi, kami sedang bekerja sama dengan Boeing untuk menjadwalkan perbaikan," kata Brandy.
Baca juga: Dephup Datangkan 10 Simulator Boeing 737 NG Senilai US$150 juta

Pengulas dari lembaga Raymond James, Savanthi Syth, menulis dalam catatan penelitian pada Kamis bahwa temuan dari pemeriksaan terhadap 737 NG kemungkinan akan menurunkan kapasitas layanan penerbangan sebesar empat persen antara pertengahan Oktober dan pertengahan Desember.

Pesawat yang mengalami keretakan "kemungkinan perlu dikeluarkan dari armada hingga 60 hari untuk menjalani perawatan," kata Syth.

Sumber: Reuters
Baca juga: Boeing: Kebutuhan SDM industri penerbangan Asia Pasifik bakal melesat
Baca juga: Dampak 737 MAX, Boeing catat kerugian 3 miliar dolar di kuartal kedua 
 Baca juga: Pilot Southwest tuntut Boeing atas kerugian pelarangan 737 MAX

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019