sinkronkan perencanaan pengembangan kawasan bandara
Jakarta (ANTARA) - PT Angkasa Pura II akan membuka rute internasional melalui Bandara Fatmawati, Bengkulu, tahun depan menyusul pengalihan pengoperasian bandara dari Kementerian Perhubungan ke BUMN ini.

“Kita akan upayakan tahun depan ada rute internasional ke sana karena perizinan dari Kemenhub, kota dan operator akan dorong usulan itu dengan dasar dan pertimbangan yang kuat,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin di Jakarta, Senin.

Awaluddin mengaku tidak sulit mengoperasikan bandara internasional karena pihaknya berpengalaman di sejumlah bandara, seperti Bandara Soekarno-Hatta.

“Pengembangan usaha bandara harus global standar ini bukan jadi sesuatu yang baru. Kita sudah 17+2 bandara jadi 19 bandara. Kita pastikan punya global standar. Kita akan evaluasi menyeluruh. Apa yang akan ditambahkan,” katanya.

Baca juga: Angkasa Pura II bakal kelola bandara di Lampung, Bengkulu dan Belitung

AP II juga akan meningkatkan frekuensi Bandara Fatmawati dengan memprioritaskan Padang menjadi destinasi utama.

Selain itu juga akan dilakukan pengembangan kawasan bandara.

“Kedua kita akan sinkronkan perencanaan pengembangan kawasan bandara. Sehingga bandara Fatmawati akan lebih baik lagi,” katanya.

Untuk itu, Awaluddin menyebutkan pihaknya membutuhkan investasi sekitar Rp622 miliar untuk tahap pertama pengembangan dalam jangka waktu konsesi 30 tahun.

“Butuh kordinasi antara pemangku kepentingan, harapan kami ini bisa diselesaikan akhir tahun dan pembangunan akan dimulai 2020. Sinkronisasi ya dua bulan saja dalam joint planning section’,” katanya.

Baca juga: Angkasa Pura II kucurkan Rp434 miliar kembangkan Bandara Fatmawati

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan dengan kerja sama tersebut bisa menghemat APBN dan dapat mengalihkan anggaran untuk memaksimalkan pembangunan dan perawatan bandar udara lain yang ada di pelosok Indonesia.

Skema kerja sama pemanfaatan ini juga diharapkan dapat mendorong pihak swasta lain agar melakukan kerja sama dengan pemerintah.

"Satu sisi pasti memberikan suatu ruang APBN bagi Ditjen udara untuk bisa memanfaatkan membangun, merawat bandara-bandara di pinggiran dan di pelosok yang selama ini belum maksimal kita lakukan," tutur Menhub Budi.

"Saya pikir ini suatu iklim investasi yang bagus, karena dengan pemerintah memberikan kesempatan kepada swasta untuk berkembang maka banyak lagi swasta yang percaya bahwa pemerintah memberikan kesempatan yang baik," tambahnya.

Total aset yang dikerjasamakan untuk Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu mencapai Rp2,504 triliun, sementara itu untuk Bandar Udara H. AS Hanandjoeddin Tanjung Pandan mencapai Rp1,759 triliun, dan Bandar Udara Sentani Jayapura yang dikerjasamakan dengan AP I mencapai Rp6,804 triliun, sehingga total setnya mencapai Rp11,068 triliun.

Baca juga: Presiden ingin Bandara Fatmawati Bengkulu naik status jadi bandara internasional

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019