Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan bahwa Indonesia ingin selalu berperan dalam penyelesaian berbagai masalah dunia, sebagai salah satu prinsip politik luar negeri yang bebas aktif.

“Indonesia akan terus aktif berkontribusi, Indonesia akan terus memperjuangkan diplomasinya berdasarkan prinsip-prinsip hubungan internasional, sehingga kita dapat menjalankan politik luar negeri yang tegak dan bermartabat,” kata Menlu Retno dalam sesi wawancara khusus dengan ANTARA di Kemlu, Jakarta, Senin.

Sejumlah isu yang terus diperhatikan Indonesia, antara lain, upaya penciptaan perdamaian di Afghanistan dan Palestina, isu Rohingya di Myanmar, serta pengamanan Laut Sulu dan sekitarnya yang rawan tindak kejahatan. Pengamanan Laut Sulu dilakukan melalui kerja sama trilateral dengan Malaysia dan Filipina.

Selain itu, kata Menlu, Indonesia juga telah menginisiasi Pandangan ASEAN mengenai Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on Indo-Pacific) yang telah disepakati oleh seluruh pemimpin ASEAN sebagai pedoman kerja sama di kawasan yang menjadi objek perebutan pengaruh kekuatan-kekuatan besar dunia.

Baca juga: Indonesia fokus Indo-Pacifik dalam KTT ASEAN

Indonesia secara konsisten juga mendukung pengarusutamaan isu perempuan dan keamanan, dengan mendorong partisipasi perempuan dalam upaya-upaya perdamaian.

“Kita ingin peacemaker diperbanyak oleh kaum perempuan. Jadi sekarang kita sedang mempersiapkan satu wadah bagi negosiator dan mediator perempuan Asia Tenggara, sehingga perempuan bisa betul-betul berkontribusi sebagai pencipta perdamaian,” tutur Retno.

Selain berkontribusi bagi dunia, Menlu Retno juga menjelaskan bahwa politik luar negeri Indonesia harus mampu memperjuangkan kepentingan nasional, yang terdiri dari tiga elemen utama yaitu perlindungan NKRI, perlindungan WNI, serta diplomasi ekonomi.

Baca juga: Pengamat: Indonesia akan tetap menganut prinsip bebas aktif

Pencapaian diplomasi ekonomi Indonesia, antara lain, ditunjukkan melalui penyelenggaraan Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) 2019 yang berhasil membukukan kesepakatan bisnis 822 juta dolar AS.

Forum serupa akan dilaksanakan untuk kawasan Latin Amerika dan Karibia, serta Eropa Tengah, yang merupakan pasar nontradisional dan belum digarap secara maksimal oleh Indonesia.

“Dalam lima tahun ke depan, Presiden (Joko Widodo) sudah memberikan arahan secara umum bahwa diplomasi ekonomi akan diperkuat,” tutur menlu perempuan pertama Indonesia itu.

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019