Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, mengatakan, Indonesia berhasil menduduki posisi tertinggi untuk jumlah publikasi internasional dan paten di ASEAN pada 2018 serta mampu melampaui target pertumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi.

Nasir, di Jakarta, Senin, menyatakan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan LPNK mengalami kemajuan luar biasa dalam riset. Pada 2013, publikasi riset kita ada di nomor 4.

Pada 1994, kata dia, Indonesia tidak pernah di nomor 3, selalu nomor 4. "Dengan adanya kebijakan, maka kemajuan kita luar biasa. Sekarang kita di peringkat pertama. Dalam hal paten juga sama, selalu nomor 4, alhamdulillah di 2018 kita sudah nomor 1 di ASEAN," kata Nasir.

Pencapaian itu signifikan karena pada 2013 sampai 2016, Indonesia tidak pernah masuk tiga besar untuk jumlah publikasi internasional di Asia Tenggara.

Juga baca: Kemenristekdikti: Perlu kompensasi menarik untuk peneliti

Juga baca: Peneliti LIPI: Indonesia sumber potensial penemuan obat baru

Juga baca: Kemenristekdikti: SCKD "jembatan" bagi peneliti pemula bermitra

Jumlah publikasi internasional milik Indonesia tiap tahun bertambah yakni menjadi 5.303 publikasi pada 2013, 6.694 publikasi pada 2014, 8.263 publikasi pada 2015, 12.295 publikasi pada 2016, 20.239 publikasi pada 2017, dan 34.007 publikasi pada 2018.

Sementara, pada 2018 jumlah publikasi internasional Malaysia adalah sebanyak 33.286 publikasi, Singapura dengan jumlah 22.081 publikasi, Thailand dengan 17.210 publikasi, Vietnam dengan 8.927 publikasi, dan Filipina dengan 3.573 publikasi internasional.

Sementara jumlah paten Indonesia terbanyak di Asia Tenggara pada 2018 yakni sebanyak 2.842 paten, yang mana pada periode 2014-2017, Indonesia tidak pernah berada di posisi teratas untuk jumlah paten terbanyak.

Selain itu, Indonesia juga mencatat kemajuan untuk pertumbuhan perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT) atau startup pada periode 2015-2019.

Jumlah PPBT Indonesia bertambah signifikan tiap tahun sejak 2015, yakni 52 PPBT pada 2015 menjadi 203 PPBT pada 2016, kemudian bergerak naik menjadi 661 PPBT pada 2017 dan bertumbuh menjadi sebanyak 956 PPBT pada 2018.

Bahkan jumlah PPBT sejak 2015 hingga Oktober 2019 mencapai 1.307 PPBT, yang mana angka ini melampaui target 1.000 PBBT.

Nasir menginginkan agar pencapaian tersebut terus ditingkatkan demi Indonesia yang lebih berdaya saing dan maju.
 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019